iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Analisis Sense of Place di Gunung Padang Terhadap Wisata Sejarah

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Matematika dan IPA > Analisis Sense of Place di Gunung Padang Terhadap Wisata Sejarah

Kepedulian Husnul Ermalena, mahasiswa FMIPA UI, terhadap hal-hal yang menggelitik alam pikirnya, diwujudkan ke dalam riset yang diikutsertakan dalam sebuah kompetisi tingkat nasional. Penelitiannya dilatarbelakangi oleh kondisi suatu tempat yang merupakan situs megalith –termasuk ke dalam cagar budaya nasional.

Husnul Ermalena adalah mahasiswa Program Studi (Prodi) Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), angkatan 2018. Ia meraih penghargaan sebagai Pemakalah Terbaik 1 pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, pada November lalu, berkat risetnya yang berjudul “Kepekaan tempat di Dusun Gunung Padang terhadap Wisata Sejarah Situs Gunung Padang”.

Tujuan penelitian ini, menurut Husnul, untuk menganalisis kepekaan tempat (sense of place) di Dusun Gunung Padang terhadap tempat wisata sejarah Situs Gunung Padang. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 023/M/2014 menetapkan Situs Gunung Padang sebagai Cagar Budaya Nasional.

Menurut Husnul, keputusan itu telah mengubah kepekaan tempat penduduk di Dusun Gunung Padang untuk menjadikan Situs Gunung Padang sebagai tempat wisata sejarah. Untuk melengkapi makalah penelitian, ia melakukan pengumpulan data melalui metode wawancara mendalam terhadap narasumber anggota komunitas, dan masyarakat sekitar, serta melakukan observasi di Dusun Gunung Padang.

Pertanyaan wawancara menitikberatkan pada aspek atraksi wisata, budaya, aksesibilitas, amenitas (fasilitas), dan perekonomian masyarakat. Dari hasil penelitian tersebut, ia menyimpulkan bahwa sejak Situs Gunung Padang dijadikan sebagai Cagar Budaya Nasional, maka mengubah kepekaan tempat para narasumber untuk menunjang lokasi wisata Situs Gunung Padang tersebut.

Dalam ilmu geografi, kepekaan tempat dapat diartikan sebagai sebuah persepsi manusia mengenai karakteristik lingkungan tempat tinggal mereka. Adanya keputusan menteri yang telah disebutkan sebelumnya, membuat masyarakat lokal turut menjaga situs megalith tersebut sehingga terhindar dari kerusakan.

Husnul mengatakan bahwa tantangan terbesarnya adalah ketika harus menyelesaikan makalah dalam waktu yang sangat singkat. Ia baru mengetahui seminar tersebut pada saat deadline (4 November 2021).

Pada puncak acara seminar, selain mempresentasikan penelitian, terdapat sesi diskusi dengan para juri selama waktu 15 menit. Presentasi dilakukan secara bergilir oleh semua peserta yang berasal dari seluruh Indonesia.

Pengalaman mengikuti kompetisi tersebut memberi banyak manfaat bagi Husnul. “Saya belajar menulis jurnal dengan benar, melatih kedisiplinan waktu, menambah pengalaman, menambah kepercayaan diri, dan juga menambah relasi,” kata Husnul, yang menjuarai kompetisi pada November lalu.

Ia berharap mahasiswa FMIPA UI tidak melewatkan kesempatan yang ada, karena peluang tidak datang dua kali. Sama halnya seperti memanfaatkan kesempatan mengikuti kompetisi, di mana hal terpenting yang bisa didapatkan adalah pengalaman yang berharga.

Seminar bertema “Tantangan Geografi di Era Society 5.0” tersebut memiliki enam subtema yang diberikan, yaitu pendidikan geografi, penginderaan jauh, pembangunan dan perencanaan wilayah, pariwisata, mitigasi bencana, dan geografi pertanian. Dalam kompetisi tersebut, Husnul memilih tema pariwisata yang dikaitkan dengan geografi karena menganalisis kepekaan tempat (sense of place) termasuk dalam human geography.

“Pemilihan tema dilatarbelakangi oleh tempat yang diteliti yaitu situs Megalith gunung Padang, di mana jika dijadikan tempat wisata masih kurang baik. Oleh karena itu, saya ingin melihat bagaimana sense of place atau kepekaan tempat tersebut. Apakah sudah menerapkan teori 4A (teori Chris Cooper tentang 4 komponen yang harus dimiliki oleh tempat wisata yaitu Attraction, Accessibility, Amenity, Ancilliary) sebagai komponen yang harus dimiliki oleh tempat wisata sejarah Situs Megalith Gunung Padang,” ujar Husnul.

 

Penulis: Annisa | Editor: Mariana Sumanti

Related Posts