id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Arkeologi UI Kembali Temukan Situs Buddha di Jambi

Universitas Indonesia > Berita > Arkeologi UI Kembali Temukan Situs Buddha di Jambi

Tim Arkeologi UI kembali melakukan ekskavasi di Provinsi Jambi. Jika ekskavasi sebelumnya dilakukan di Cagar Budaya Muaro Jambi, ekskavasi kali ini dilakukan di Dusun Ulu Gedung, Desa Tuo Sumay, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo. Tim yang diketuai oleh Dr. R. Cecep Eka Permana ini, terdiri dari dua mahasiswa Arkeologi UI, empat alumni Arkeologi UI, dan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. Ekskavasi yang dilakukan pada 20-26 Agustus 2013 ini juga didukung oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dan The Society of Muarojambi Temple.

Dari penelitian di Situs Tuo Sumay tersebut, didapatkan bahwa meski letaknya berjauhan dengan kawasan Muaro Jambi, tetapi kedua situs tersebut diduga memiliki hubungan yang kuat dengan sejarah agama Buddha di Jambi. Laporan dari penduduk sekitar menyebutkan bahwa di sana pernah ditemukan perhiasan emas seperti kalung, cincin, jarum, serta piring-piring keramik.

Penelitian pada Situs Tuo Sumay antara lain pernah dilakukan pada tahun 1995. Pada saat itu ditemukan fragmen bata-bata yang berada di sekitar rumah penduduk. Kemudian pada tahun 1996 dilakukan pemagaran gundukan di sisi barat dan utara, serta sisi timur dan selatan yang berbatasan dengan kompleks makam.

Berselang tiga tahun kemudian, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala melakukan ekskavasi penyelamatan dan menemukan keramik asing berbentuk wadah yaitu bagian tepian, badan, dasar, bibir, dan karinasi. Temuan keramik tersebut menunjukkan adanya pemukiman tua di pinggir Sungai Sumay. Pemukiman tersebut didukung juga dengan banyaknya rumah dan kuburan-kuburan tua yang telah memfosil yang oleh masyarakat setempat disebut batu sungkay.

Tim Arkeologi UI kemudian tertarik untuk menindaklanjuti penelitian-penelitian sebelumnya di Situs Tuo Sumay. Kegiatan ekskavasi melibatkan 12 warga dusun untuk membantu penggalian. Penggalian dilakukan di dua gundukan tanah yang disebut warga sebagai “tanah tumbuh”. Gundukan tanah pertama terletak disisi barat laut dan selatan, sementara gundukan tanah kedua terletak di sisi timur laut dan tenggara.

Menurut Dr. Cecep, berdasarkan hasil ekskavasi tersebut, tim mempunyai kesimpulan sementara bahwa terdapat dua candi yang ditemukan di situs tersebut. Candi pertama terletak di gundukan pertama, sementara candi kedua terletak di gundukan kedua. Candi pertama diperkirakan berukuran 11 x 8 meter dan memiliki dua bahan bata, yakni bata berwarna merah dan bata berwarna putih. Bata warna merah diduga digunakan sebagai selasar bangunan, sementara bata warna putih diduga sebagai bangunan utamanya.

Sementara itu, pada candi kedua ukurannya belum dapat diperkirakan karena struktur yang ditemukan belum dapat menunjukkan besar dari bangunan. Pada kotak gali sisi selatan di candi kedua ditemukan bentuk celah pintu masuk gerbang pagar. Bahan bata yang digunakan adalah bata merah yang lebih merah dan lebih halus dibandingkan bata merah yang ditemukan pada candi pertama. Salah satu potongan bata yang ditemukan memiliki sisi melengkung yang diperkirakan merupakan bagian dari susunan stupa. “Jika benar bata tersebut adalah bagian dari stupa, maka diduga bahwa candi kedua ini berlatar agama Buddha,” kata Cecep.

Terkait dengan sejarah agama Buddha di Jambi yang berkembang pada periode abad 7-12 Masehi, maka Situs Tuo Sumay diperkirakan juga berkembang pada periode yang sama. Penemuan ini merupakan penemuan penting dan akan menjadi tonggak sejarah baru bagi Provinsi Jambi. Penemuan ini sekaligus semakin menunjukkan kontribusi Departemen Arkeologi UI bagi kemajuan ilmu pengetahuan. (KHN)

Related Posts

Leave a Reply