iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Asuhan Keperawatan Menjadi Kunci Utama Kesembuhan Pasien

Universitas Indonesia > Uncategorized > Asuhan Keperawatan Menjadi Kunci Utama Kesembuhan Pasien

Pandemi Covid-19 yang belum usai membuat sekitar 98% rumah sakit di Indonesia menerapkan pembatasan pertemuan antara keluarga dan pasien. Berdasarkan survey yang dilakukan, tercatat 4 dari 5 rumah sakit di Indonesia mengganti interaksi langsung dengan video conference. Pergantian sistem pertemuan tersebut tentu menimbulkan hambatan komunikasi. Oleh karena itu, rumah sakit berupaya memberi fasilitas alat komunikasi untuk mengurangi hambatan.

Gambaran kondisi tersebut disampaikan oleh Ns. Sri Hariyanti, S.Kep. dalam webinar bertema “Asuhan Keperawatan Kritis pada Pasien dan Keluarga” yang diadakan RSUI dalam rangka HUT RSUI yang ke-3, pada Sabtu (22/01). Menurut Hariyanti, topik “Transformation in Involving Family to ICU Nursing Care During Pandemic” penting disampaikan mengingat terbatasnya interasi antara pasien dan keluarga akibat Covid-19. Sebagai tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat memiliki peran yang vital sebagai penghubung komunikasi.

Salah satu dampak akibat terbatasnya pertemuan dengan keluarga adalah pasien semakin gelisah, mengalami kebingungan, dan merasakan ketakutan. Padahal, kehadiran keluarga dapat meningkatkan kepatuhan pasien selama menjalani perawatan sehingga meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Oleh karena itu, sebagai pengganti keluarga, perawat memegang peranan penting untuk melakukan pelayanan asuhan keperawatan agar pasien merasa puas dan segera sembuh.

Dalam webinar tersebut, Ns. Gatra Satria, S.Kep. menambahkan bahwa asuhan keperawatan juga memerlukan ventilasi mekanik. Penggunaan ventilasi mekanik dapat meningkatkan peluang kesembuhan pasien. Ventilasi mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu kerja otot-otot pernapasan secara normal. Ventilasi mekanik memungkinkan oksigenasi dan ventilasi pada pasien. Alat ini memiliki peran penting dalam mengurangi kerja napas bagi pasien yang mengalami gagal napas, ketidakstabilan pada area dada, operasi besar, dan luka bakar pada area pernapasan.

 

“Tujuan diberikannya ventilasi mekanik ini untuk memberikan oksigen, memberikan ventilasi alveolar yang adekuat, mempertahankan pertukaran gas paru, meminimalkan risiko cedera paru, mengurangi beban kerja pernapasan, serta menormalkan gas darah sehingga pasien dapat bernapas dengan nyaman,” ujar Ns. Gatra.

 

Sementara itu, Ns. Marlen Anisah, S.Kep. menjelaskan peran High Flow Nasal Cannula (HFNC) dalam asuhan keperawatan. HFNC merupakan alat terapi oksigen yang dikembangkan sebagai alternatif terapi oksigen konvensional yang menghubungkan udara dengan humidifier aktif hingga ke nasal prong. HFNC dapat diberikan untuk pasien COVID-19 yang membutuhkan terapi oksigen.

 

“Berdasarkan penelitian dari rumah sakit di Wuhan, HFNC merupakan respiratory support yang efektif untuk tata laksana pasien COVID-19. Penggunaaan HFNC selama 6 jam dengan Rox Index (>5.55) merupakan prediksi dari keberhasilan alat tersebut. Selain itu, HFNC juga efektif dalam tata laksana hipoksemia ARF pada pasien COVID-19. Efektifitas alat ini sama seperti NIV dengan tanpa perbedaan durasi pengobatan, tingkat intubasi endotrakeal, atau tingkat kematian,” jelas Marlen.

 

Menurut Marlen, sebagai perawat yang menjalankan asuhan keperawatan pada pasien HFNC, penting untuk memonitor tanda vital pasien, mengkaji status respirasi, mengobservasi adanya distensi abdomen, melakukan oral hygiene setiap delapan jam, serta melakukan suctioning jika terdapat indikasi.

Related Posts