iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Cara Deteksi Dini Stroke dan Penyakit Degeneratif Bagi Lansia

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Cara Deteksi Dini Stroke dan Penyakit Degeneratif Bagi Lansia

Angka kejadian stroke di Jakarta tergolong cukup tinggi. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa prevalensi stroke di Jakarta meningkat dari 7% menjadi 10,9% sejak 2013. Melihat tingginya angka tersebut, anggaran dana yang dikeluarkan negara cukup besar untuk menangani stroke, sehingga diperlukan adanya suatu tindakan preventif agar angka kejadian stroke dapat ditekan. Hal tersebut diungkapkan Mita Noviana, S.Ft., M.Kes., salah seorang dosen Fisioterapi, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Indonesia (UI) saat melakukan kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

WHO mendefinisikan stroke sebagai kondisi tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak, sehingga sebagian otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawa oksigen dan berakibat pada kematian sel/jaringan. Jika tidak segera ditangani, kematian sel/jaringan tersebut dapat mengakibatkan kematian.

Data jumlah lansia di Pulau Panggang yang cukup banyak memerlukan tindakan pencegahan penyakit degeneratif dan stroke penting untuk dilakukan. Kegiatan pengmas yang diketuai oleh Riza Pahlawi, S.Tr.Ftr., M.Kes., tersebut diberikan dalam bentuk penyuluhan dan pemeriksaan fisioterapi, serta terapi latihan kepada para kader, lansia, dan warga di Pulau Panggang.

“Pemeriksaan dasar dan deteksi dini stroke merupakan serangkaian pemeriksaan yang dapat mengategorikan pasien atau orang yang diperiksa ke dalam risiko rendah, hati-hati, atau risiko tinggi terhadap serangan stroke. Program deteksi dini stroke sebaiknya dibarengi dengan pelaksanaan program fisioterapi berupa terapi latihan yang berfokus pada penanganan penyakit degeneratif, sehingga masyarakat lansia mampu melakukan latihan yang baik sebagai upaya pencegahan munculnya penyakit degeneratif,” ujar Riza.

Ia menjelaskan timnya melakukan deteksi dini stroke menggunakan data yang sudah diisi oleh pasien melalui formulir pemeriksaan yang sudah disusun oleh Perhimpunan Fisioterapi Neuro Indonesia (PFNI). “Dalam formulir itu terdapat pemeriksaan seperti kadar gula darah, kolesterol, tekanan darah, riwayat merokok, dan aktifitas fisik. Dari pemeriksaan diatas nanti akan ditarik kesimpulan apakah pasien tersebut masuk dalam kategori risiko stroke tinggi, sedang, atau rendah,” kata Riza.

Kegiatan pengmas tersebut juga berfokus mengedukasi para insan lansia dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan. Mereka diharapkan mampu menjalani hidup lebih baik, bebas dari keluhan, dan dapat berkontribusi lebih di lingkungannya setelah menerima manfaat yang diberikan dari kegiatan tersebut.

Kamued (63 th.), salah seorang peserta kegiatan mengaku mendapat banyak manfaat dari kegiatan pengmas tersebut, “Belum pernah ada kegiatan seperti ini di Pulau Panggang, khususnya mengenai pemeriksaan dan cara mendeteksi stroke. Kami sangat berterima kasih kepada Vokasi UI karena telah memberikan banyak pemahaman kesehatan, khususnya dalam upaya mencegah stroke, melalui penyelenggaraan kegiatan ini,” ungkapnya.

Related Posts