https://www.elementbike.id/data/selotgacorku/https://karanganbungacilacap.com/https://dupak.dinkes.jatimprov.go.id/assets/media/demos/https://e-learning.uniba-bpn.ac.id/rahasia/app.htmlhttps://elearning.ittelkom-sby.ac.id/group/s1/https://lms.unhi.ac.id/login/maxwin/https://e-learning.unim.ac.id/notes/-/smaxwin/https://uinsatu.ac.id/media/sthailand/https://simpenmas.untirta.ac.id/panduan/-/http://keris.bondowosokab.go.id/public/system/https://tik.unj.ac.id/wp-content/konten/https://perizinanfilm.kemdikbud.go.id/uploads/blog/https://dishub.babelprov.go.id/images/sgacor/https://sipolahta.dispermadesdukcapil.jatengprov.go.id/img/user/https://dpupr.bantenprov.go.id/dpupr/uploads/files/http://bendungan-kita.sda.pu.go.id/assets/css/demo/https://agroteknologi.faperta.untad.ac.id/kaktus/images/https://sisurat.itenas.ac.id/application/core/https://www.umm.ac.id/files/media/https://simojang.jabarprov.go.id/demos/seo/
Cegah Ideologi Transnasional, UI Bekali Mahasiswa Baru 2022 dengan Nilai Toleransi dan Karakter Kebangsaan - Universitas Indonesia
iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Cegah Ideologi Transnasional, UI Bekali Mahasiswa Baru 2022 dengan Nilai Toleransi dan Karakter Kebangsaan

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Cegah Ideologi Transnasional, UI Bekali Mahasiswa Baru 2022 dengan Nilai Toleransi dan Karakter Kebangsaan

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Boy Rafli Amar, M.H., melihat bahwa tantangan terberat yang dihadapi dunia saat ini adalah ideologi transnasional yang berdampak terhadap geopolitik di tingkat global. Ideologi transnasional adalah ideologi global yang melintasi batas negara dan bangsa, yang bukan hanya merupakan kampanye propaganda atau kepercayaan, melainkan paham yang mampu memengaruhi kebijakan politik sebuah negara. Ia menyampaikan hal itu di hadapan mahasiswa baru Universitas Indonesia (UI) angkatan 2022, pada acara Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), Senin (8/8), di Balairung UI.

Menurut Komjen Pol. Boy Rafli, ideologi transnasional bertentangan dengan ideologi Pancasila. Di tengah ‘tsunami’ informasi yang saat ini terjadi, ideologi transnasional dengan mudah masuk dan menyebar ke masyarakat Indonesia.

Seiring berkembangnya zaman, keberadaan internet mampu mendorong masyarakat Indonesia dalam mengakses informasi dengan mudah dan cepat. Berdasarkan data yang disajikan oleh (BNPT), Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara pengguna internet tertinggi.

Dari sekitar 274.9 juta jiwa total penduduk Indonesia, 80% pengguna memiliki akun sosial media yang 60%-nya merupakan generasi millenial dan generasi Z yang mudah dipengaruhi. Padahal, tidak semua akun sosial media memberikan informasi positif, bahkan banyak yang melakukan kejahatan siber dan mengandung ideologi transnasional.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Boy Rafli Amar

Ada lima karakteristik dari ideologi transnasional atau terorisme, kata Boy. Pertama, bertentangan dengan konstitusi dan ideologi negara. Kedua, memiliki tujuan ideologi dan tujuan politik tertentu dan bersifat intoleran atau radikal terhadap ideologi negara Indonesia. Ketiga, ideologi ini menghalalkan segala cara, termasuk menyebarkan konten yang melawan hukum. Selain itu, ada pemanfaatan narasi agama dalam merekrut anggota yang merupakan kalangan muda, serta selalu mengedepankan narasi yang intoleran.

Untuk mencegah adanya radikalisme di dalam kampus, mahasiswa perlu memahami 4 Pilar Kebangsaan Konsensus Nasional Bangsa Indonesia yang meliputi Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika. “Dari keempat pilar ini akan lahir karakter identitas kebangsaan, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, keadilan, puralis dan multikulturalisme, serta patriotisme. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Boy Rafli.

Dari kegiatan yang diadakan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjunjung tinggi nilai Bhineka Tunggal Ika dan memahami peran penting Pancasila dalam membangun karakter identitas bangsa Indonesia. Pancasila mengandung basic belief, yakni sekumpulan nilai yang terangkai secara sistematis dan difungsikan sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku, termasuk dalam penguatan moderasi agama. Moderasi beragama dapat diperoleh melalui upaya memajukan kehidupan umat manusia, menjunjung tinggi keadaban mulia, menghormati harkat martabat, memperkuat nilai moderat, mewujudkan perdamaian, menghargai kemajemukan, serta menaati komitmen berbangsa.

Dari kiri Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris; Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Boy Rafli Amar; Rektor UI Prof. Ari Kuncoro; dan Ketua Majelis Wali Amanat UI, Saleh Husin

Dalam acara yang mengangkat tema “Mahasiswa UI Satu karena Beda” tersebut, hadir Ketua Majelis Wali Amanat UI, Saleh Husin, S.E., M.Si., dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia, Habib Luthfi bin Yahya. Pada kesempatan itu, Habib Luthfi menyampaikan, manusia membawa dua misi dalam hidup. Pertama, menjalankan tugas dan amanah dari jerih payah orang tua. Kedua, menjalankan amanah dari guru atau dosen selama menempuh pendidikan.

“Tantangan tersebut harus dilalui dan dijawab oleh diri sendiri, yaitu bagaimana kita memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Kita dilahirkan dari cikal bakal yang intelektual, dari cikal bakal dari manusia yang berarti. Artinya, setiap manusia diciptakan dalam keadaan yang tidak bodoh. Hanya saja, sebagian masyarakat sering kali menganggap dirinya merasa bodoh akibat ketidakpercayaan diri,” kata Habib Luthfi.

Menurut Habib Luthfi, para leluhur telah banyak mewariskan ilmu, wawasan, dan sejarah yang panjang. Oleh karena itu, saat ini adalah momentum tepat bagi anak bangsa untuk melestarikan dan menjaga tradisi dan warisan Nusantara agar tetap lestari.

“Mahasiswa UI yang saat ini duduk di Balairung UI maupun di rumah merupakan sset masa depan penerus sejarah Indonesia dengan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Saya berharap adek-adek di sini tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu agama yang menyimpang, yang menjebak, dan justru membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia. Semoga kita semua selalu berada dalam kebenaran sesuai kepercayaan agama yang dianut,” kata Habib Luthfi menutup pemaparannya.

Related Posts