id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Christopher Reinhart, Peneliti Muda Peduli Sejarah

Universitas Indonesia > Berita > Christopher Reinhart, Peneliti Muda Peduli Sejarah

Christopher Reinhart terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia tahun 2019. Terpilihnya Christopher Reinhart sebagai mahasiswa berprestasi utama FIB UI didukung dengan torehan prestasi akademik yang ciamik. Tercatat selama tiga tahun belakangan, Rei telah mempublikasikan 19 artikel dan jurnal tentang sejarah Indonesia.

Ketertarikan yang mendalam pada sejarah Indonesia khususnya sejarah kuno membuat Rei terlibat dalam beberapa projek penelitian. Dalam karya tulisnya, Rei membahas tentang Sistem Perolehan Kuasa di Aceh. Penelitiannya didasari oleh rasa prihatin terhadap Rei perolehan kuasa di Aceh saat ini yang berdasarkan pada jenis kelamin dimana pria lebih berkuasa dibanding wanita.

“Doktrin yang berkembang bahwa suami sebagai pemimpin rumah tangga lebih berkuasa dibanding wanita semakin memperkeruh kesetaraan gender di Aceh. Ini menyebabkan munculnya konstruksi post kolonial yang mana muncul identitas yang lebih unggul yaitu maskulin. Untuk itulah, aku mengangkat topik tentang sistem yang mampu menjamin kesetaraan gender. Proses pencarian sistem tersebut tidak bisa dilakukan secara asal, sehingga aku menggunakkan sejarah supaya bisa diterima oleh masyarakat,” ujar Rei.

 

Berangkat pada tiga penelitian yang dilakukan sebelumnya, Rei menjelaskan bahwa pada abad ke-17 hingga 20, perolehan kuasa di Aceh didasarkan pada kontribusi seseorang. Sistem pada abad itu lebih menjamin kesetaraan gender dibanding sistem yang sekarang berlaku.

“Dulu, siapapun yang lebih berkontribusi mampu lebih berkuasa. Pada zaman itu pula wanita mampu menjadi pemimpin perang, sultan, diizinkan bekerja hingga berpartisipasi dalam pendidikan” ungkap Rei. Sistem perolehan kuasa pada abad 17 hingga abad 20 mendorong adanya partisipasi di dua bidang yaitu bidang pekerjaan dan pendidikan berdasarkan kontribusi seseorang. Kontribusi yang diberikan pun tidak hanya berupa materi seperti uang, namun dapat berupa ide maupun argumentasi.

Rei percaya bahwa sistem perolehan kuasa ini dapat kembali diterapkan mengingat meningkatknya kesadaran bahwa wanita sama dan setara dengan pria. Ia juga berpesan bahwa generasi sekarang harus sadar sejarah agar bijak dalam pengambilan keputusan.

“Sama seperti permasalahan sistem perolehan kuasa di Aceh, semua ada solusinya selama kita melibatkan sejarah dalam tiap pengambilan keputusan. Sejarah pula yang membedakan kita dengan bangsa lain. Misalnya suku Jawa yang tersebar di Malaysia. Identitasnya Suku Jawa namun sejarahnya tentu saja berbeda. Yang membuat kita ‘Indonesia’ ya sejarah, bukan identitas kita,” tutupnya.

 

Related Posts

Leave a Reply