id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Covid-19 Varian Delta dan Penularannya

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Administrasi > Covid-19 Varian Delta dan Penularannya

Penulis: Alfin Heriagus

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) berkolaborasi dengan Rumah Sakit UI (RSUI) menyelenggarakan webinar dengan tema “Mengenal Lebih Dekat Covid-19 Varian Delta”. Webinar tersebut menghadirkan narasumber seorang dokter spesialis paru dari RSUI, yaitu dr. Gatut Priyonugroho, Sp.P. Dalam pemaparannya, dr. Gatut menyampaikan tentang perbedaan Covid-19 Delta (dari India) dengan varian lain, antara lain pada tingkat penularannya.

“Virus Covid-19 varian alpha dari UK bisa menular dari satu orang kepada enam orang, dan varian delta dari satu orang menularkannya kepada delapan orang. Angka tersebut tidak saklek, tapi menggambarkan bahwa semudah itu varian Covid-19 yang baru menular,” ujarnya. dr. Gatut juga menjelaskan, apabila seseorang yang sudah terinfeksi Covid-19 divaksinasi, maka antibodi naik, kecuali untuk varian delta. “Ketika dia sudah kena varian delta, terus divaksin, maka keefektifannya tidak sebaik seseorang yang belum terkena jenis varian tersebut,” kata Gatut menjelaskan.

Ia menyarankan pembersihan pada ruangan lebih utama daripada disinfeksi. “Kalau tangan kita kotor, jangan didisinfeksi saja tapi tidak dibersihkan. Bersihkan dulu menggunakan sabun, karena cara ini paling aman untuk merontokkan struktur virus yang hinggap pada tangan kita,” ujar Gatut.

Virus Covid-19 varian delta memilki gejala hampir sama dengan varian lainnya, yaitu demam (94%), batuk (79%), sesak (55%), berdahak (23%), nyeri badan (15%), lelah (23%), sakit kepala (8%), rinorea (7%), batuk darah (5%), diare (5%), anosmia (3%), dan mual (4%). Jika seseorang terkena Covid ringan, pada umumnya ia baik-baik saja (0.1% memberat). Gatut meluruskan kesalahpaham di masyarakat bahwa penyintas Covid-19 (mereka yang sudah sembuh dari Covid-19) akan lebih kebal terhadap virus tersebut.

“Mereka yang pernah kena Covid-19 bukan berarti dia sudah menumbuhkan antibodi, tetapi itu juga tandanya dia terbukti rentan terkena Covid-19, karena virus itu cocok dengan tubuhnya sehingga mudah masuk. Maka kita juga cukup sering menemukan kasus orang yang terinfeksi virus Covid-19 untuk yang kedua kalinya,” ujar dr. Gatut Priyonugroho. Ia mengungkapkan, berdasarkan informasi yang bersumber dari WHO, pasien dapat dikeluarkan dari isolasi setelah sepuluh hari positif SARS CoV2 (Asimptomatik), dan sepuluh hari sesudah on set gejala dan terbebas dari gejala (simptomatik). Masyarakat yang sudah terbebas dari isoman maupun isolasi di rumah sakit, harus tetap mematuhi protokol kesehatan dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Dalam sambutannya, Dekan FIA UI, Prof. Chandra Wijaya menekankan bahwa dengan semakin banyaknya kasus positif di Indonesia maka mengetatkan protokol kesehatan menjadi sebuah keharusan. “Virus Covid-19 itu ada. Kalau belakangan kita mendengar dari berita banyak yang menderita Covid-19, sekarang kita mendengar dari WhatsApp Group kita, saudara kita, keluarga kita yang kita sayangi terjangkit Covid-19. Saya berharap dengan webinar ini kita jadi semakin paham tentang Covid-19 dan bagaimana cara mencegah maupun menghadapinya,” ujar Prof. Chandra.

Webinar yang dilaksanakan pada Rabu (7/7) turut hadir secara daring Duta Besar RI untuk Ekuador Diennaryati Tjokrosuprihatono. Webinar dilaksanakan melalui platform Zoom yang dihadiri sekitar 800 peserta dan juga disiarkan di kanal Youtube FIA UI.

Related Posts