id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Dekan FK UI: Kolaborasi sebagai Kunci dalam Era Disrupsi Pendidikan Kedokteran

Universitas Indonesia > Berita > Dekan FK UI: Kolaborasi sebagai Kunci dalam Era Disrupsi Pendidikan Kedokteran

Perkembangan era digital yang sangat pesat menjadi tantangan yang besar bagi organisasi kesehatan, termasuk untuk pendidikan kedokteran. Upaya peningkatan taraf pendidikan dan pembelajaran pada bidang kedokteran terus dilakukan. Berbagai inovasi pun telah diaplikasikan agar mampu menyesuaikan dengan variasi kemampuan dan gaya belajar setiap mahasiswa.

Pendidikan kedokteran memerlukan sebuah reformasi yang tinggi agar mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan belajar sepanjang hayat dan menerima pendidikan yang setara serta sesuai dengan berbagai aspek kehidupan. Meningkatnya taraf pendidikan kedokteran, diharapkan dapat menjadikan setiap lulusan dokter baru mampu menangani dan menyesuaikan kompetensinya dengan tuntutan sistem pelayanan kesehatan yang berlaku.

Berdasarkan hal tersebut, Consortium of Thai Medical Schools (COTMES) bekerjasama dengan Faculty of Medicine Siriraj Hospital, Mahidol University, Thailand, mengadakan konferensi Thai Medical Education Conference (TEMC) yang ke-20 di Bangkok, Thailand, pada tanggal 11 – 13 Desember 2019.

Peserta yang hadir pada konferensi tersebut adalah delegasi dari berbagai institusi pendidikan kedokteran di Thailand dan mengundang sejumlah pembicara dari manca negara. Kegiatan ilmiah ini dibuka oleh Dr. Suwit Mesinsee, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, Riset dan Inovasi Thailand.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, turut diundang menjadi pembicara dalam kapasitas beliau sebagai Presiden ASEAN Medical School Network (AMSN). Melalui sambutannya, Prof. Ari menyampaikan tentang pentingnya kolaborasi bagi institusi pendidikan kedokteran di Asia sebagai salah satu upaya untuk melakukan adaptasi di era disrupsi seperti saat ini.

”Menurut saya, kolaborasi adalah sebuah katalis yang dapat meningkatkan dan menyempurnakan kualitas pendidikan kedokteran pada era transformasi digital,” ujar Prof. Ari.

Lebih jauh beliau mengatakan bahwa kolaborasi menjadi kunci bagi institusi pendidikan kedokteran dalam menghadapi perubahan konstan yang terjadi pada sistem pendidikan kedokteran saat ini. “Kolaborasi dapat mengembangkan fasilitas pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran. ASEAN Medical Schools Network tentu saja sangat antusias untuk bekerjasama dan melakukan kolaborasi dengan berbagai organisasi internasional,” kata Prof. Ari.

Selain Dekan FKUI, konferensi  20th TEMC di Thailand ini juga mengundang staf pengajar FKUI, dr. Ardi Findyartini, Ph.D, sebagai panelis untuk topik diskusi “ASEAN medical curriculum in a disrupting world”. Dalam presentasinya yang berjudul “Medical Curriculum in a Disruptive Era: a Reflection,” dr. Ardi menyampaikan gagasannya terkait pendekatan kurikulum program pendidikan dokter yang perlu menyesuaikan diri dengan kebutuhan masa depan.

Menurutnya, ketiga literasi utama baik literasi teknologi, data, dan manusia, perlu senantiasa diintegrasikan secara seimbang dalam kurikulum program pendidikan dokter. Lebih jauh dr. Ardi menyampaikan berbagai strategi yang telah diterapkan dalam kurikulum program pendidikan dokter di FK UI dalam upaya untuk menyelenggarakan pembelajaran adaptif dan memerhatikan perkembangan individu masing-masing mahasiswa.

Perjalanan Dekan FK UI menghadiri konferensi ilmiah internasional di Thailand tentu saja mendatangkan banyak manfaat bagi FK UI dan AMSN, dua institusi yang berliau pimpin saat ini. “Ada kesempatan berbincang dengan Dr. Suwit (Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, Riset dan Inovasi Thailand), sangat menarik. Semoga Bapak Menteri Nadiem (Mendikbud RI) dapat berjumpa dan berbincang-bincang dengan counterpart-nya di Thailand seputar pengelolaan pendidikan tinggi ke depan, agar pendidikan tinggi kita dapat berkembang dengan lebih baik lagi,” tutup Prof. Ari.

Related Posts

Leave a Reply