iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Doktor FKUI Rekomendasikan Formulasi Makanan Campuran dalam Pencegahan Stunting

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Kedokteran > Doktor FKUI Rekomendasikan Formulasi Makanan Campuran dalam Pencegahan Stunting

Anak yang mengalami stunting memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap infeksi sebagai akibat dari sistem imunnya yang lebih lemah. Selain itu, mereka juga mempunyai kemungkinan yang lebih besar menderita tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan obesitas, ketika dewasa.

Implikasi lainnya adalah pada prestasi akademik yang terganggu akibat perkembangan otak dan mental pada usia muda. Di kemudian hari, kondisi ini akan dikaitkan dengan tingkat produktivitas dan pendapatan ekonomi yang lebih rendah. Hal tersebut disampaikan Dr. Nia Novita Wirawan, STP, M.Sc., pada saat memaparkan disertasinya yang berjudul “Amino Acid Intake and blood Concentration of Stunted Non-Wasted Indonesian Children 12-23 Months Living in An Agricultural Area: A Basis for a Complementary Feeding Recomendation and Food Multi-Mix Formulation” dalam Sidang Promosi Doktor, Program Studi Doktor Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), pada Selasa (26/07).

Dalam pemaparannya Nia menjelaskan, kondisi stunting sebagian besar terjadi bersamaan dengan indikator gizi kurang lainnya, seperti wasting (kurus). Penilaian terhadap faktor yang berhubungan dengan stunting sebagai bentuk masalah gizi kronis, memungkinkan dapat tumpang tindih dengan penyebab masalah gizi akut seperti wasting. Oleh karena itu, membandingkan stunting tanpa mengecualikan wasting, dapat menghasilkan perbedaan yang berlebihan pada kedua kelompok tersebut.

Lebih lanjut, di wilayah pertanian yang ketersediaan pangannya dianggap cukup, menunjukkan prevalensi stunting yang tinggi. Higiene sanitasi dan gangguan penyerapan zat gizi termasuk asam amino diduga menjadi penyebabnya. Pengembangan intervensi berbasis pangan masih menyisakan tantangan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi,terutama zat besi dan seng, tetapi sampai saat ini belum ada bukti kesenjangan asupan asam amino.

“Penelitian  dilakukan pada anak usia 12-23 bulan di 13 desa dari 2 kecamatan, di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Wilayah ini merupakan wilayah pertanian sebagai penghasil sayur, buah, ikan, dan susu sapi. Sebanyak 151 anak tanpa penyakit menjadi subjek penelitian. Anak-anak ini lahir cukup umur dan berat badan lahir normal. Subjek penelitian terdiri dari 87 anak stunting dan 64 anak normal, dimana anak pada kedua kelompok tidak wasting,” ujar Nia.

Dari penelitian tersebut didapatkan hasil, konsentrasi asam amino arginin dalam darah anak stunting lebih rendah dibandingkan anak normal. Namun, tidak ada perbedaan bermakna pada asupan zat gizi makro, mikro, dan asam amino antara anak stunting dan normal. Penelitian ini juga menemukan, rasio antara asupan sumber protein hewani dan nabati lebih tinggi pada anak normal, dan proporsi anak stunting dengan asupan protein yang kurang lebih tinggi dibandingkan anak normal.  Vitamin B1 dan zat gizi seng tidak tercukupi pada kelompok stunting namun tercukupi pada kelompok normal. Selain itu, asam amino histidin menjadi masalah gizi untuk kedua kelompok.

Berdasarkan penelitian tersebut, Nia menyarankankan agar tenaga kesehatan harus mewaspadai jenis zat gizi type II, karena kekurangan zat gizi ini dapat langsung mempengaruhi pertumbuhan walaupun kadar dalam darahnya cukup. Sehingga, program akses air, sanitasi, dan kebersihan (WASH) termasuk kawasan bebas buang air besar sembarangan (Open Defecate Free atau ODF) dan penyediaan fasilitas cuci (tangan, makan, dan masak) harus dipercepat untuk meminimalkan kontaminasi fekal-oral.

“Jumlah asupan protein saja tidak cukup. Perlu diperhatikan juga kualitas sumber protein khususnya perbandingan protein yang berasal dari hewani dan nabati. Selain itu, makanan lokal dengan kandungan dan daya serap gizi yang tinggi seperti kacang tunggak, buncis batik, ikan wader, dan susu sapi segar, jika dijadikan formulasi makanan campuran sebagai tambahan makanan, dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi anak baik zat gizi makro, mikro, maupun asam amino,” kata Nia.

Sidang promosi doktor tersebut diketuai Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB., dengan Promotor Prof. dr. Badriul Syarif Hegar, Sp.A(K), Ph.D., dan Ko-Promotor Dr. dr. Ina S. Timan, Sp.PK(K) dan Dr. Ir. Umi Fahmida, M.Sc. Tim penguji diketuai oleh Prof. Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A(K), MPH., dengan anggota tim penguji Prof. Dr. Fransisca Rungkat Zakaria, M.Sc., dari Institut Pertanian Bogor; Dr. dr. Aria Kekalih, MTI; dan Dr. Ir. Ratna C. Purwestri, M.Sc., dari Czech University, Praha.

Related Posts