id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Doktor FKG UI Teliti Faktor Kesalahan Diagnosis pada Lesi Jaringan Lunak Mulut

Universitas Indonesia > Berita > Doktor FKG UI Teliti Faktor Kesalahan Diagnosis pada Lesi Jaringan Lunak Mulut

Kesalahan medis didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan termasuk kegagalan mendiagnosis suatu penyakit atau salah dalam mendiagnosis penyakit dan menurut data CDC, kesalahan medis merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat.

Sebagian besar kesalahan medis terjadi pada saat proses pengambilan keputusan diagnosis. Penalaran klinis merupakan suatu hal utama dari aktivitas klinisi, yang tidak dapat dilepaskan dari kemampuan kognisi yang ditunjang oleh kemampuan metakognisi dan harus dimiliki oleh seorang mahasiswa kedokteran yang akan menjadi dokter.

Komponen metakognisi berupa perencanaan (planning), evaluasi (evaluation), pemantauan (monitoring) dan perbaikan (revising). Model penalaran klinis yang digunakan dalam 20 tahun terakhir mengikuti model yang berdasarkan dual process theory.

Bidang Ilmu penyakit mulut atau oral medicine didefinisikan sebagai cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari secara mendalam mengenai perawatan kesehatan mulut pasien tanpa penyakit sistemik maupun dengan penyakit sistemik, yang membutuhkan penatalaksanaan non-bedah Kolegium Ilmu Penyakit Mulut Indonesia (KIPMI) telah menetapkan terdapat 93 diagnosis lesi penyakit mulut yang sering dijumpai di Indonesia dan harus dikuasai oleh seorang dokter gigi.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa mahasiswa kedokteran gigi hanya dapat mendeteksi 47,5% lesi jaringan lunak mulut, sedangkan untuk lesi karies, mahasiswa dapat mendeteksi 98,2% lesi. Hal ini disebabkan karena variasi gambaran klinis lesi jaringan lunak mulut sangat bervariasi, mulai dari variasi anatomi normal yang tidak menimbulkan rasa sakit hingga lesi terkait proses keganasan (kanker) atau infeksi yang dapat mengancam jiwa.

Bidang kedokteran gigi sangat tertinggal dalam penelitian terkait kesalahan diagnosis, khususnya pada area pengambilan keputusan klinis di bidang kedokteran gigi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dirasakan perlu diadakan penelitian mengenai kesalahan diagnosis dalam kaitannya dengan penalaran klinis pada lesi jaringan lunak mulut.

Desain penelitian yang digunakan adalah before and after study yaitu sebelum dan sesudah intervensi. Peneliti megukur perubahan akurasi deteksi dan diagnosis lesi jaringan lunak mulut melalui pemeriksaan langsung dan pengisian rekam medis pasien dengan lesi jaringan lunak mulut. Terdapat 2 kelompok intervensi yaitu kelompok intervensi penalaran reflektif dan pendekatan algoritme serta 1 kelompok kontrol.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Diagnostic Thinking Inventory (DTI); Science Motivation Questionnaire-II (SMQ-II) serta; Diagnosis Error Evaluation and Research (DEER) Taxonomy dan lembar penilaian faktor afektif. Pemaparan hasil penelitian tersebut dipresentasikan oleh drg. Indriasti Indah Wardhany, Sp.PM(K)pada Jumat (24/7/2020) di Aula FKG UI Salemba

Hasil penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut :

  • Proses adaptasi lintas budaya yang dilakukan pada kuesioner DTI, SMQ – II dan DEER taxonomy menunjukan bahwa semua instrumen dapat dipakai sesuai dengan tujuannya masing – masing yaitu untuk mengukur penalaran klinis, motivasi dan dapat mengidentifikasi letak kesalahan diagnosis.
  • Instrumen pengukuran faktor afektif merupakan instrumen original yang belum pernah dipublikasikan pada literatur. Pada penelitian ini terbukti instrument ini dapat mengukur faktor afektif yang mungkin mempengaruhi kesalahan diagnosis
  • Algoritme prosedur diagnosis disusun oleh peneliti bersama pakar ilmu penyakit mulut, belum pernah dipublikasikan sebelumnya oleh peneliti lain dan merupakan orisinalitas penelitian Algoritme yang dipaparkan adalah algoritme metode diagnositik, algoritme data diagnostic komprehensif, algoritme pemeriksaan subjektif, serta algoritme pemeriksaan objektif / pemeriksaan fisik
  • Intervensi pendekatan algoritme merupakan intervensi yang memiliki dampak tertinggi untuk meningkatkan sensitivitas akurasi deteksi dan diagnosis lesi jaringan lunak yaitu pengingkatan sebanyak 55.84 %
  • Penelitian ini merupakan penelitian yang membuktikan bahwa pendekatan algoritme merupakan metode yang paling dapat meningkatkan akurasi deteksi dan diagnosis lesi jaringan lunak mulut, dengan kata lain terjadi penurunan kesalahan diagnosis dalam perspektif ilmu penyakit mulut. Untuk dapat diterapkan pada semua bidang ilmu di dalam konteks kedokteran gigi, maka diperlukan penelitian lebih lanjut disertai evaluasi penerapannya dengan memperhatikan segala unsur.

 

 

Related Posts

Leave a Reply