id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Informasi Berbasis Data, Kunci Melawan Hoaks

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Informasi Berbasis Data, Kunci Melawan Hoaks

Sabtu (22/5). Pusat Pengurangan Risiko Bencana Universitas Indonesia (Disaster Risk Reduction Center –DRRC) menggelar seminar daring bertajuk “Peran Perguruan Tinggi dalam Komunikasi Publik Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional”. Seminar ini disiarkan secara langsung pada kanal Youtube UI Teve dan melalui media Zoom. Narasumber yang hadir pada acara ini adalah Prof. drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D (Juru Bicara Satgas Covid-19), Donny Budi Utoyo (Tenaga Ahli Kominfo Bidang Literasi Digital dan Tata Kelola Internet), dan Prof. Fatma Lestari, M.Si, Ph.D. (Kepala DRCC UI).

Seminar tersebut dibuka oleh Sekretaris Universitas, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D. Ia mengatakan bahwa tujuan penyelenggaraan seminar ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat sebagai salah satu upaya penanganan pandemi Covid-19. “Sehingga, kita dapat memahami bagaimana perguruan tinggi dapat berperan memberikan komunikasi kepada masyarakat mengenai risiko maupun hal-hal yang harus dilakukan ketika kita menghadapi wabah Covid-19,” ujarnya.

Dalam presentasinya, Prof. Fatma memaparkan tentang dampak pandemi Covid-19. Menurutnya, pandemi ini tidak hanya sekadar krisis kesehatan, namun juga berpotensi menjadi krisis informasi, sosial, ekonomi, dan politik. Beberapa tantangan yang terjadi akibat pandemi adalah meluasnya berita bohong (hoaks), ketidakpastian ekonomi yang menyebabkan frustrasi dan berdampak pada kesehatan mental, serta perpecahan/disintegrasi sosial-ekonomi.

Meluasnya hoaks juga menjadi bahasan utama dari pemaparan Donny yang berjudul “Bersama Lawan Hoaks”. Ia mengatakan sulit sekali untuk mencegah agar hoaks tidak menyebar dengan cepat. “Kecenderungan kita semua adalah memilih jawaban yang sederhana, walaupun salah, daripada benar tetapi kompleks. Hoaks itu sederhana, tetapi salah. Klarifikasi kebenaran itu benar, tetapi kompleks,” ujarnya. Kompleksitas ini yang menjadi tantangan komunikasi publik yang dilakukan pemerintah terkait penanganan hoaks. “Bagaimana membuat sesuatu yang sederhana dan benar, itu tantangannya,” ujarnya menambahkan.

Ia mengatakan sudah saatnya kita menerapkan hal yang disebut “fiqih informasi”, yaitu melakukan filter terhadap informasi yang kita terima dengan cara tidak menyebarkan, melaporkan, dan hanya mengikuti media sosial/laman yang bereputasi baik. Perihal perang melawan hoaks ini, Prof. Fatma mengatakan bahwa diperlukan konsep strategi komunikasi publik yang baik, yaitu dengan melibatkan masyarakat secara meluas dan bersifat satu komando. Selain itu, informasi yang disebarkan juga harus berbasis data, berkolaborasi dengan komunitas, dan memanfaatkan kebijaksanaan/kebiasaan lokal yang sudah ada.

Informasi berbasis data memang menjadi sesuatu yang sangat penting dalam masa pandemi. Hal ini juga turut diungkapkan oleh Prof. Wiku dalam pemaparannya. Menurutnya, data yang ditampilkan harus dinarasikan dengan bahasa yang mudah dan tidak emosional, dengan target agar masyarakat paham. Tingkat pemahaman masyarakat akan suatu isu adalah indikator utama keberhasilan suatu komunikasi publik.

Seminar ini merupakan kerja sama antara UI, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Tujuan pelaksanaan seminar ini adalah untuk mengajak para mahasiswa berperan aktif menyampaikan pesan baik, mengampanyekan disiplin protokol kesehatan, menginformasikan pentingnya vaksinasi, dan membantu pemberantasan hoaks.

Related Posts