id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Memahami Spiritualitas & Keberagaman Sebagai Nilai Luhur Bangsa

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Memahami Spiritualitas & Keberagaman Sebagai Nilai Luhur Bangsa

Penulis: Alfin Heriagus

Dalam rangka pembentukan karakter dan budaya mahasiswa baru tahun akademik 2021/2022, Universitas Indonesia (UI) menghadirkan tiga narasumber yaitu Ahmad Baso (sejarawan), Taufik Rahzen (budayawan), dan Amurwani (sejarawan) pada sesi kuliah umum bertema “Nilai-Nilai Luhur yang Membentuk Karakter dan Budaya Indonesia dari Perspekstif Demografis, Geografis, dan Sumber Daya Alam”. Acara ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan Kamaba (Kehidupan Kampus Mahasiwa Baru) yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meting dan kanal Youtube Universitas Indonesia pada Senin (26/7/2021)

Ahmad Baso pada pemaparan materi pertama mengenai “Materi Wawasan Keislaman dan ke-Indonesia-an” mengatakan bahwa Indonesia, sudah sejak lama mengenal suatu konsep spiritualitas yang menghargai keberagaman. Secara spesifik, ia menyebut konsep ini sebagai wawasan Keislaman Nusantara.

Konsep ini banyak dibawa oleh para penyebar Islam zaman dahulu, terutama para Wali Songo, yang menyebarkan Islam bukan dengan cara dogmatik-kekerasan, namun dengan merangkul nilai-nilai lokal, seperti penggunaan alat musik lokal sebagai media penyebaran agama. Menurutnya, dengan cara inilah dahulu Islam mendapatkan sambutan luas di masyarakat Nusantara.

“Peran para Walisongo terdahulu, merupakan suatu bukti bahwa perjuangan penyebaran Islam ke dalam nusantara tidaklah mudah. Namun mereka melakukannya bukan dengan cara-cara kekerasan atau merendahkan pandangan yang berbeda dengan mereka, justru mereka malah merangkul kebijaksanaan-kebijaksaan lokal yang ada di Nusantara. Nilai religius seperti inilah yang harus kita contoh,” ujar Ahmad.

Pembicara lainnya, Amurwani mengatakan bahwa kondisi Nusantara sangat strategis jika dilihat dari perspektif geografis, dan secara demografi merupakan potensi sekaligus bencana. “Permasalahan yang perlu diwaspadai oleh masyarakat Indonesia adalah etnosentrisme atau perasaan lebih superior antara satu budaya dengan budaya lain. Hal ini justru akan berbahaya karena dapat mengancam integrasi kebangsaan negara kita,”katanya.

Menurut Amurwani, untuk mengatasi hal tersebut, salah satu solusi yang dapat dijalankan adalah menanamkan kembali salah satu nilai luhur bangsa, yaitu “Bhinneka Tunggal Ika”. Nilai ini mengandung pengertian keberagaman dalam persatuan yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu, yaitu Indonesia. Nilai spiritualitas yang berwawasan nusantara serta semangat keberagaman adalah nilai-nilai luhur bangsa yang penting diketahui mahasiswa di tengah era post-modern yang cenderung diwarnai oleh berita hoaks yang berpotensi memecah belah bangsa.

Related Posts