id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Menjadi Indonesia: Memahami Sejarah Proses Terbentuknya Bangsa

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Menjadi Indonesia: Memahami Sejarah Proses Terbentuknya Bangsa

Penulis: Muhammad Husni

Virus COVID-19 yang mewabah di segala penjuru dunia, tidak terkecuali di Indonesia, amat mempengaruhi kegiatan akademik di segala jenjang pendidikan termasuk di Perguruan Tinggi. Universitas Indonesia (UI) yang sebelumnya sudah mengalihwahanakan segala acaranya menjadi berbentuk dalam jaringan (daring), mengadakan acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) sebagai penanda dibukanya kegiatan akademik tahun ajaran 2021/2022.

Tema acara “Satu Karena Beda”, pada Senin (26/7), hari pertama PKKMB diisi dengan beberapa kuliah umum yang menghadirkan pakar-pakar yang sudah berpengalaman di bidangnya masing-masing. Dalam salah satu segmen kuliah umum tersebut, Prof. Agus Aris Munandar, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI), memberikan materi terkait “Sejarah Proses Terbentuknya Negara Indonesia”.

Sebelum masuk pada pemaparan inti, pihak panitia PKKMB menayangkan sebuah video yang menjelaskan secara ringkas tema tersebut. Dalam video tersebut, secara de facto negara Indonesia lahir pada tanggal 17 Agustus 1945, akan tetapi nilai-nilai ke-Indonesia-an yang tertanam di Pancasila sudah hadir jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan. Selaras dengan pernyataan Soekarno di video yaitu, “Aku tidak mengatakan bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah lima butir mutiara yang indah.”

Berangkat dari hal tersebut, Prof. Agus Aris Munandar dalam pemaparannya membagi sejarah proses terbentuknya negara Indonesia dalam beberapa periode yakni; Era Pra Kerajaan; Era Kerajaan dan Kesultanan; Era Kolonial; Era Kebangkitan Pergerakan Kebangsaan; Era Persiapan Kemerdekaan; dan Era Revolusi Kemerdekaan. Pembabakan lain yang beliau gunakan pada masa prasejarah adalah; Paleolitik; Neolitik; dan Megalitik.

Merujuk pada ungkapan Brandes, “Sebelum India datang masyarakat telah membentuk pemerintahan yang baik”. Meskipun belum mengenal konsep bernegara, nenek-moyang kita mampu menata kehidupan bermasyarakat yang teratur sehingga mampu meninggalkan warisan peradaban yang megah. Selain memiliki kecerdasan yang tinggi, kehidupan masyarakat nusantara dilandasi oleh faktor spritualitas yang kuat. Hal inilah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia sampai saat ini—bangsa yang religius, bangsa yang berketuhanan.

Ia juga memaparkan tentang sepuluh “Kepandaian Nusantara” yang telah bertahan melewati zaman, diantaranya yaitu wayang; gamelan; metrik; batik; pengerjaan logam; mata uang; teknologi pelayaran; astronomi; teknik bercocok tanam; dan struktur pemerintahan. Kesepuluh hal ini menjadi saksi benda terbentuknya negara Indonesia. Sebuah proses yang dilihat dari dimensi mana pun tidak bisa dikatakan sebagai hal yang mudah.

“Kita merupakan bangsa yang terkenal akan kreativitasnya dan sudah mendarah daging, maka modal ini yang harus kita ketahui,” ujar Prof. Agus. Oleh karena itu, ia menghimbau mahasiswa baru UI untuk selalu percaya diri karena hal itu merupakan modal yang harus dimiliki untuk membangun bangsa yang maju. Lebih dari itu, ia menekankan bahwa mahasiswa saat ini juga harus dapat mencermati situasi-kondisi yang ada serta melihat peluang-peluang guna memajukan teknologi bangsa.

Acara PKKMB ini merupakan upaya penyambutan dan pembekalan mahasiswa baru UI sebelum memulai perkuliahan. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai PKKMB UI, masyarakat bisa mengakses informasi tersebut di kanal-kanal informasi resmi Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa UI).

Related Posts