id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Peneliti FKUI Teliti Fenomena Dislipidemia di Minangkabau

Universitas Indonesia > Berita > Peneliti FKUI Teliti Fenomena Dislipidemia di Minangkabau

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kembali menambah daftar panjang penerima gelar Doktor. Bertempat di Ruang Teaching Theatre Lt. 6 Gedung IMERI FKUI, Gusnedi, STP, MPH diangkat sebagai Doktor dalam Ilmu Gizi di FKUI setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengaruh Promosi Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal terhadap Praktik Diet, Asupan Zat Gizi, Status Gizi dan Profil Lipid Wanita Minangkabau dengan Dislipidemia” pada Kamis (9/1/2020) lalu.

Penelitian disertasi tersebut dilatar belakangi oleh tingginya prevalensi dislipidemia, terutama pada wanita usia subur (WUS) masyarakat suku Minangkabau.

Selain menjadi faktor risiko untuk penyakit jantung dan pembuluh darah, dislipidemia pada WUS perlu mendapat perhatian serius mengingat dampak buruk jangka panjang yang ditimbulkan terhadap kesehatan ibu, kesuburan, kehamilan, kesehatan janin, bahkan kemungkinan anak yang dilahirkan menderita dislipidemia saat memasuki usia dewasa.

Dislipidemia merupakan salah satu kelainan metabolik yang ditunjukkan oleh kadar lemak darah (total kolesterol, Low Density Lipoprotein/LDL, High Density Lipoprotein/HDL, atau triglycerida) yang tidak normal.

Berdasarkan jenis kelamin, dislipidemia ditemukan lebih tinggi pada wanita. Sedangkan berdasarkan tempat tinggal, penduduk perkotaan mengalami dislipidemia lebih banyak dibanding penduduk pedesaan.

Penelitian Hatma (2011) menemukan bahwa wanita suku Minangkabau memiliki kadar rata-rata kolesterol yang lebih tinggi dibanding suku lain seperti Sunda, Jawa, atau Bugis. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan dan pola makan sehari-hari, dimana pola diet wanita Minangkabau yang lebih bersifat atherogenik.

Sekitar 20,7% dari asupan energi berasal dari lemak jenuh (lebih dari 10%) dan rasio asam lemak tak jenuh terhadap asam lemak jenuh (rasio P/S) yang sangat rendah yaitu 0,15 (jauh berada di bawah batas ambang rasio yang diinginkan yaitu 0.6).

Disamping itu data Riskesdas dan Survey Diet Total (2014) menunjukkan bahwa masyarakat Minangkabau mengonsumsi sayur dan buah jauh dibawah jumlah yang dianjurkan dalam Pedoman Gizi Seimbang.

Perubahan gaya hidup dan pola makan merupakan salah satu solusi jangka panjang dalam pencegahan dan penanganan dislipidemia. Kepatuhan terhadap Pedoman Gizi Seimbang dan pedoman penatalaksanaan dislipidemia masih rendah.

Hal ini diduga terkait adanya kesenjangan antara pedoman dengan kebiasaan makan masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan intervensi gizi berbasis makanan lokal untuk promosi gaya hidup sehat, meningkatkan asupan zat gizi dan memperbaiki profil lipid pada WUS yang mengalami dislipidemia juga sangat terbatas.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, Gusnedi, STP, MPH, peneliti dari Program Doktor Ilmu Gizi melakukan penelitian yang bertujuan untuk menyusun dan mempromosikan Panduan Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal (PGS-PL) berdasarkan pola makan dan bahan makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat Minangkabau, dalam rangka perbaikan praktik diet pada WUS penderita dislipidemia.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sekitar 44.5% WUS yang mengikuti skrining dislipidemia diketahui memiliki kadar lemak darah (profil lipid) yang tidak normal. Berdasarkan pola makan setempat, ditemukan bahwa asupan energi sebagian besar berasal dari karbohidrat (sekitar 62-68%).

Meskipun asupan lemak total masih dalam rentang jumlah yang dianjurkan, namun proporsi energi dari asam lemak jenuh lebih dari 10%. Asam lemak tidak jenuh (total polyunsaturated fatty acid/PUFA, asam lemak omega-3, omega-6), serat makanan, zat besi, dan zinc merupakan zat gizi yang sulit dipenuhi sesuai anjuran untuk WUS (disebut dengan istilah problem nutrient).

Anjuran dalam PGS-PL yang disusun dengan pendekatan Linier programming, menekankan penggabungan bahan makanan bernilai gizi tinggi yang biasa dikonsumsi dan tersedia secara lokal untuk perbaikan komposisi diet dan asupan problem nutrient.

Dalam praktik diet sehari-hari, WUS disarankan untuk mengonsumsi makanan sumber protein hewani minimal 14 porsi per minggu yang didalamnya sudah termasuk minimal 5 porsi ikan laut (dengan porsi rata-rata sekitar 50 g). Konsumsi telur dan daging ayam masing-masing disarankan 2-3 porsi per minggu.

Untuk sayuran, disarankan minimal 14 porsi (ukuran porsi rata-rata 100 g) per minggu, sudah termasuk minimal konsumsi 5 porsi sayuran hijau seperti daun singkong, bayam atau kangkung.

Olahan kedelai seperti tahu dan tempe dianjurkan minimal dikonsumsi 7 porsi per minggu (ukuran porsi 50 g), kentang dianjurkan sebanyak 5 porsi perminggu (ukuran porsi 50 g), dan buah-buahan lokal seperti pisang, jambu biji, jeruk atau papaya minimal 7 porsi dalam satu minggu.

Disamping itu juga ditekankan adanya perubahan cara pengolahan makanan terutama makanan sumber protein dan makanan camilan yang biasanya digoreng, dimodifikasi dengan cara lain yang menggunakan sedikit atau tanpa minyak.

Pemaparan disertasi ini mengantarkan Gusnedi, STP, MPH meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Gizi di FKUI. Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, selaku ketua sidang, memberikan apresiasi terbaiknya kepada beliau.

.

Related Posts

Leave a Reply