https://www.elementbike.id/data/selotgacorku/https://karanganbungacilacap.com/https://masjidjoglo.fikk.unesa.ac.id/assets/https://e-learning.uniba-bpn.ac.id/rahasia/app.htmlhttps://elearning.ittelkom-sby.ac.id/group/s1/https://lms.unhi.ac.id/login/maxwin/https://e-learning.unim.ac.id/notes/-/smaxwin/https://uinsatu.ac.id/media/sthailand/https://simpenmas.untirta.ac.id/panduan/-/http://keris.bondowosokab.go.id/public/system/https://tik.unj.ac.id/wp-content/konten/https://estudy.unmuhjember.ac.id/question/-/https://dishub.babelprov.go.id/images/sgacor/https://sipolahta.dispermadesdukcapil.jatengprov.go.id/img/user/https://dpupr.bantenprov.go.id/dpupr/uploads/files/http://bendungan-kita.sda.pu.go.id/assets/css/demo/https://agroteknologi.faperta.untad.ac.id/kaktus/images/https://sisurat.itenas.ac.id/application/core/
UKM Center UI Kaji Kendala Digitalisasi UKM - Universitas Indonesia
id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UKM Center UI Kaji Kendala Digitalisasi UKM

Universitas Indonesia > Berita > UKM Center UI Kaji Kendala Digitalisasi UKM

Pada 2018, Kementerian Koperasi dan UKM mencatat kontribusi UMKM Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 61 persen dari total 64,18 juta UMKM dengan total omset rata-rata sebesar 83,7 Juta/tahun. Walau begitu, mayoritas UMKM masih didominasi usaha mikro dan ultra mikro sehingga rata-rata konsumsinya kecil.

Kepala UKM Center Universitas Indonesia, Zakir Sjakur Machmud menyebutkan bahwa Pertumbuhan output usaha mikro di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor utama UMKM masih didominasi sektor pertanian dengan persentase sebesar 49,9% atau sebanyak 26 juta pelaku usaha.

Disusul sektor perdagangan besar dan eceran sebanyak 12 juta pelaku usaha dan usaha di sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 8,5% atau sebanyak 4 juta pelaku usaha.

Zakir Machmud juga mengatakan bahwa pemerintah telah menyediakan infrastruktur yang mendukung pemasaran UKM di Indonesia seperti kemudahan akses melalui e-commerce, marketing, logistik hingga pembentukan konsultan yang mendukung pengembangan pasar bagi para pelaku usaha secara masif.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Humas UI, hanya sekitar 100 UKM yang telah melakukan digitalisasi dan memiliki media sosial khusus untuk memasarkan produk. Angka ini terbilang kecil karena total keseluruhan dari UKM yang dibina UKM Center UI sebanyak 700 UKM.

Menurut Zakir, minimnya wawasan mengenai pemasaran secara online membuat para pelaku usaha takut mengambil risiko. “Ini disebabkan karena mereka belum tahu manfaat dan konsekuensi bila berjualan secara online terutama melalui e-commerce. Kebanyakan dari para pelaku UKM itu beranggapan bahwa bila masuk e-commerce pasti harus melewati serangkaian aturan yang rumit hingga akhirnya mereka memilih untuk berjualan melalui media sosial,” kata Zakir pada Jumat (14/02) di Jakarta.

Dalam acara tersebut, Pembina UKM Center Universitas Indonesia Nining Soesilo menyebutkan terdapat tiga tantangan yang membuat pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak bisa naik kelas, yakni minat konsumen dalam pembelian barang, pajak, hingga akses pembiayaan.

“Yang pertama, minat konsumen dalam pembelian barang masih rendah. Ketidakcintaan terhadap produk dalam negeri membuat pelaku UKM sulit naik kelas. Kedua mengenai ketakutan akan pajak. Terkait poin kedua, ini hal yang lazim terjadi di berbagai negara berkembang. Kenaikan kelas yang berbanding lurus dengan kenaikan pajak membuat para pelaku berpikir bahwa pendapatan mereka juga pasti berkurang. Terakhir, akses pembiayaan. Namun, jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, sudah terdapat improvisasi dari akses pembiayaan sehingga pelaku usaha mudah melakukan pemasaran produk,” ujarnya.

Related Posts

Leave a Reply