Depok, 22 Mei 2023. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021, menunjukkan bahwa Indonesia telah menghasilkan limbah plastik sebanyak 66 juta ton/tahun dan sekitar 3,2 juta ton limbah sampah tersebut terbuang ke laut.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) bersama dengan berbagai lembaga riset, yaitu Center for South East Asian Studies (CSEAS), Institute for Global Environmental Strategies (IGES), dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) melaksanakan kolaborasi riset dan kampanye untuk mendorong masyarakat dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Salah satu kegiatan kampanye FISIP Asik Tanpa Plastik (Fantastik) adalah dengan menyelenggarakan seminar yang bertajuk “Reducing Single-Use Plastic Usage with Nudging Strategy to Encourage a Sustainable Lifestyle” di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI, pada Rabu (17/05).
Dalam seminar ini disampaikan bahwa pada tahun 2023, IGES, ERIA dan CSEAS sebagai partner di Indonesia bekerja sama dan melakukan pilot project di FISIP UI yang bertujuan untuk mengurangi sampah plastik, hingga makanan melalui pendekatan behavioral insight. “Behavioral insight penting untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia. Tujuan pilot ini adalah bagaimana pengaplikasian behavior insight dalam pengurangan sampah plastik di Indonesia,” ujar Atsushi, Programme Director IGES.
Berkaitan dengan hal tersebut, Snezana Swasti Brodjonegoro, S.Sos., M.Asc., yang merupakan salah seorang Dosen FISIP UI sekaligus anggota tim peneliti menyampaikan, dari riset yang telah dilakukan di FISIP UI, didapatkan sebanyak 98% masyarakat FISIP UI telah mengetahui jika penggunaan plastik sekali pakai berbahaya untuk lingkungan. Dari hasil riset tersebut terciptalah campaign design, dengan memunculkan awareness, pemahaman, kemudian diharapkan menjadi behavior.
Lebih lanjut ia menyampaikan, riset yang dilakukan berfokus pada nudging strategy untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Ia menjelaskan, nudge theory merupakan suatu cara untuk mengubah perilaku individu melalui dorongan persuasif dengan memberikan penekanan pada tiga aspek, yaitu psikologi, ekonomi, dan sosial.
“Contohnya seperti dikantin, sekarang sudah tidak ada sedotan plastik lagi. Jadi, suka tidak suka, kita sudah tidak memakai sedotan plastik lagi. Terkadang, dari ‘pemaksaan’ tersebut diharapkan muncul behavior yang baik dalam penggunaan single use plastic,” kata Snezana.
Sementara itu, Denia Isetianti salah seorang pegiat sosial menjelaskan bahwa sampah plastik di Indonesia belum dikelola dengan tepat, seperti tidak dikumpulkan sesuai dengan kategorinya, dibuang pada tempat pembuangan terbuka atau bocor dari tempat pembuangan sampah yang tidak dikelola dengan baik. Selain itu, sungai juga masih menjadi ‘tempat sampah’ bagi beberapa masyarakat Indonesia yang tidak hanya berdampak buruk pada lingkungan tetapi juga mencemari kehidupan di sungai dan laut.
“Menurut saya, contoh dari sekelompok pemuda Pandawara yang aksi bersih-bersih sungainya viral di berbagai media sosial, merupakan sebuah aksi yang baik walaupun itu sangat berbahya bagi tubuh manusia, karena membersihkan sungai yang banyak sekali sampahnya. Indonesia butuh generasi muda yang seperti mereka,” ujar Denia. Ia juga berpesan, dalam menjalankan kampanye pengurangan sampah plastik ini harus menerapkan ‘ngajak jangan ngejek’. “Mari mencontohkan yang baik lalu mengajak orang sekitar dan orang sekitar jangan mengejek orang-orang yang sedang berjuang dan berusaha untuk lingkungan yang lebih baik,” kata Denia yang merupakan Founder dan CEO Cleanomic, sebuah platform social media untuk menginspirasi masyarakat Indonesia agar menjadi konsumen bijak yang mendukung perekonomian hijau dan berkelanjutan di Indonesia.