id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

FK UI Soroti Pentingnya Pelayanan Kesehatan Primer bagi Masyarakat

Universitas Indonesia > Berita > FK UI Soroti Pentingnya Pelayanan Kesehatan Primer bagi Masyarakat

Health Service_IlustrationDalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk masyarakat, Pemerintah terus berupaya memaksimalkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN). Program JKN telah mulai dijalankan sejak awal tahun ini. Selaras dengan hal tersebut, pelayanan kesehatan primer yang kuat menjadi faktor pendukung yang penting.

Tujuan pelayanan kesehatan primer ini antara lain memberikan layanan kesehatan dasar yang bersifat preventif, berkesinambungan, dan dapat diakses oleh masyarakat luas. Untuk menjalankan fungsi tersebut, dibutuhkan koordinasi yang baik antara pemerintah dan pihak swasta.

Tertarik membahas hal tersebut, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) bekerja sama dengan Dutch Foundation mengadakan simposium yang bertajuk “Health Care in Urban Setting”. Berlangsung di FK UI pada 14—16 April 2014, simposium tersebut bertujuan membahas sistem pelayanan kesehatan yang baik, salah satunya seperti yang telah dijalankan Belanda.

Belanda menerapkan asuransi kesehatan sosial nasional sejak beberapa dekade silam. Di samping pelayanan kesehatan primer yang berjalan baik, di Belanda telah dilaksanakan pula pelayanan dokter keluarga yang efektif dan efisien. Pentingnya peran dokter keluarga lebih lanjut disampaikan oleh dr. Dhanasari V Trisna, M.Sc-CMFM. Dalam simposium tersebut, ia memaparkan hasil riset yang ia lakukan bersama timnya tentang kebutuhan dokter keluarga di Garut dan Banda Aceh. Pelayanan dokter keluarga, ungkapnya, penting sebagai bagian dari pelayanan kesehatan primer.

Dari riset tersebut, disimpulkan bahwa tenaga kesehatan di Garut dan Banda Aceh sudah memiliki pemahaman yang baik tentang konsep dokter keluarga. Namun, dalam implementasinya, banyak dokter yang masih berfokus pada pelayanan yang kuratif (penyembuhan). Lebih lanjut ia menyampaikan, upaya promosi dan pencegahan kesehatan masih perlu ditingkatkan.

Meski telah mendapatkan pelatihan khusus, dokter keluarga perlu meningkatkan pengetahuannya—seperti pengetahuan tentang manajemen pengelolaan keuangan dan kerja sama lintas sektor—untuk mengembangkan layanan kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan khusus juga dibutuhkan baik oleh dokter keluarga yang bekerja di perkotaan, pedesaan, maupun daerah terpencil.

Selain tentang dokter keluarga, dalam simposium tersebut dibicarakan pula persoalan seputar penyakit menular (communicable diseases) dan penyakit tidak menular (non-communicable diseases). Menurut dr. Trevino A. Pakasi, M.S., Ph.D., pasien dari penyakit menular seperti tuberkolosis, malaria, dan HIV dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Banyak faktor yang menyebabkan penyebaran virus dan bakteri, terutama di wilayah perkotaan. Di antaranya adalah minimnya ruang terbuka, kepadatan penduduk, perubahan iklim yang mengakibatkan kelembaban tinggi, kebersihan lingkungan serta kebiasaan masyarakat yang buruk.

Ia juga berpendapat, upaya-upaya yang dilakukan pemerintah saat ini masih seputar upaya penyembuhan. Padahal, kata dia, upaya yang lebih penting adalah upaya pencegahan lewat pendidikan kepada masyarakat. Dalam hal ini peran tenaga kesehatan serta dokter keluarga penting untuk memasyarakatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat untuk mengontrol timbulnya penyakit menular.

Terkait dengan penyakit tidak menular, dr. Indah Suci Widyahening, M.S., M.Sc-CMFM menyampaikan penelitiannya tentang partisipasi masyarakat untuk upaya pencegahan penyakit tidak menular di Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM). Sama halnya seperti penyakit menular, prevalensi penyakit ini, misalnya diabetes, juga mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Upaya pencegahan yang baik, menurut Indah, adalah mengajak serta masyarakat untuk terlibat aktif dalam aktivitas di Posbindu PTM. Masyarakat yang dimaksud adalah kader-kader yang telah dilatih dan mendapatkan pengawasan dari pusat kesehatan di wilayahnya masing-masing. Efektivitas dari program ini, lanjutnya, masih akan terus dipantau lewat sejumlah evaluasi. Jika berhasil, strategi ini akan diterapkan di seluruh wilayah di Indonesia. (KHN)

Related Posts

Leave a Reply