Pada hari Kamis (11/10), Universitas Indonesia bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan PT. MRT Jakarta melaksanakan kuliah yang terbuka untuk umum di Balai Sidang UI.
Kuliah bertemakan “The Mutual Trust in the Context of MRT Jakarta” ini menghadirkan langsung Dr. William P. Sabandar, Direktur Utama PT. MRT Jakarta sebagai pembicara.
Selain itu, juga hadir Mr. Kawabata Tomoyuki selaku Senior Perwakilan JICA. Kedua pembicara tersebut membahas kerja sama antara Indonesia dengan Jepang berupa proyek pembangunan transportasi publik MRT Jakarta.
MRT Jakarta merupakan proyek pertama di Indonesia yang menggunakan skema three sub level agreement antara Pemerintah Jepang, Pemerintah Pusat RI, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT. MRT Jakarta.
Proyek pembangunan MRT Jakarta ini menunjukkan kapabilitas negara Indonesia sebagai hasil dari kerja sama dengan Jepang yang berawal dari rasa kepercayaan. Proyek MRT ini akan mulai beroperasi pada bulan Maret 2019 dengan rute tahap pertama yang berawal dari stasiun Lebak Bulus sampai dengan stasiun Bundaran HI.
MRT koridor Utara-Selatan fase satu ini akan melewati total 13 stasiun, diantaranya 7 stasiun di atas dan 6 stasiun bawah tanah. William mengatakan bahwa terdapat tiga mandat yang harus dilaksanakan oleh PT. MRT Jakarta, yaitu membangun infrastruktur, mengoperasikan serta merawat fasilitas, dan membangun bisnis transportasi.
MRT Jakarta diharapkan dapat menjadi transportasi yang dapat diandalkan oleh masyarakat urban sehingga mampu mengubah gaya hidup mereka. Tidak hanya itu, MRT juga diharapkan dapat menjadi transportasi publik yang menciptakan kesetaraan bagi seluruh warga Jakarta.
Menurut William, pembangunan MRT Jakarta tidak bisa menjadi satu-satunya solusi dari masalah kemacetan di ibu kota. Akan tetapi, harus ada integrasi dalam transportasi publik untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang modern.
Sebagai pelopor dari transportasi publik urban yang modern, PT. MRT Jakarta berharap kalau kedepannya Indonesia tetap melanjutkan kerja sama nya dengan Jepang—melalui JICA—untuk meneruskan pembangunan transportasi publik ke kota-kota besar lain yang ada di Indonesia.
