id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Kodok, Makhluk Amfibi yang Hampir Punah

Universitas Indonesia > Berita > Kodok, Makhluk Amfibi yang Hampir Punah

Sabtu (18/3/2017) Research Center for Climate Change (RCCC) UI mengundang Prof. Sathyabhama Das Biju, seorang herpetologi terkenal dari University of Delhi, untuk memberikan kuliah umum yang berjudul “What Is in A Species? Frog Discoveries and Conservation”.

Kuliah umum yang berlangsung di Ruang Apung Perpustakaan UI Depok ini bertujuan untuk mengajak peserta yang hadir untuk mencintai kodok dan memahami permasalahan yang dihadapi makhluk amfibi ini.

“Kodok di kebanyakan mitologi dan dongeng negara-negara Barat dan Timur diidentikkan dengan sesuatu yang  jelek dan kotor, karena itulah kita tidak pernah berusaha mempelajari dan mencintainya,” jelasnya.

Padahal, menurutnya ada lebih dari 7000 spesies kodok di dunia yang beragam warna dan bentuknya, tidak kalah dari keindahan warna dan bentuk dari kupu-kupu.

Prof. Biju adalah salah satu dari sedikit orang yang peduli dengan kodok, bahkan dijuluki Frogman of India dari majalah The Economist.

Penemuannya yang telah diakui dunia adalah penemuan 89 spesies kodok dari 388 spesies kodok India yang telah dianggap punah.

Prof. Biju berpendapat setengah dari populasi kodok di dunia saat ini tengah mengalami kepunahan karena polusi yang menyebabkan hilangnya habitat kodok, penyakit, perubahan iklim, dan konsumsi manusia.

“Di beberapa negara Eropa, kaki kodok menjadi primadona untuk konsumsi. Masalahnya kecuali Cina, semua sumber kaki kodok ini berasal dari alam liar, bukan dengan cara diternakkan,” tambahnya.

Ini menyebabkan di beberapa negara populasi kodok merosot drastis dan membawa kekacauan di alam, contohnya di India dan Bangladesh yang pada akhirnya melarang ekspor kodok keluar negeri.

Pembicara lain, Dr. Mirza Kusrini, mengatakan kondisi ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang malah menduduki puncak eksportir kodok tertinggi di dunia.

Setiap tahun Indonesia mengimpor 28 hingga 142 juta ekor kodok, atau sekitar 5.000 ton daging kodok. Pada 2014, Kementerian Pertanian mencatat nilai ekspor kodok Indonesia adalah 22,5 juta dolar.

Menurut lembaga konservasi International Union for Conservative of Nature (IUCN), beberapa jenis kodok kini  dianggap masuk dalam golongan spesies yang rentan punah.

Perdagangan kodok yang tak terkontrol ini tentu menimbulkan kekhawatiran. Kodok adalah pembasmi hama alami. Hilangnya kodok tentu akan membuat petani amat bergantung pada pestisida untuk membasmi hama.

Related Posts

Leave a Reply