https://www.elementbike.id/data/selotgacorku/https://karanganbungacilacap.com/https://masjidjoglo.fikk.unesa.ac.id/assets/https://e-learning.uniba-bpn.ac.id/rahasia/app.htmlhttps://elearning.ittelkom-sby.ac.id/group/s1/https://lms.unhi.ac.id/login/maxwin/https://e-learning.unim.ac.id/notes/-/smaxwin/https://uinsatu.ac.id/media/sthailand/https://simpenmas.untirta.ac.id/panduan/-/http://keris.bondowosokab.go.id/public/system/https://tik.unj.ac.id/wp-content/konten/https://perizinanfilm.kemdikbud.go.id/uploads/blog/https://dishub.babelprov.go.id/images/sgacor/https://sipolahta.dispermadesdukcapil.jatengprov.go.id/img/user/https://dpupr.bantenprov.go.id/dpupr/uploads/files/http://bendungan-kita.sda.pu.go.id/assets/css/demo/https://agroteknologi.faperta.untad.ac.id/kaktus/images/https://sisurat.itenas.ac.id/application/core/https://www.umm.ac.id/files/media/<
Koentjaraningrat Memorial Lecture 2014: Diponegoro dan Kepemimpinan di Indonesia - Universitas Indonesia
id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Koentjaraningrat Memorial Lecture 2014: Diponegoro dan Kepemimpinan di Indonesia

Universitas Indonesia > Berita > Koentjaraningrat Memorial Lecture 2014: Diponegoro dan Kepemimpinan di Indonesia

DiponegoroApakah Indonesia sudah menyiapkan ruang-ruang untuk pemimpinnya? Itulah pertanyaan penting yang diutarakan dalam “Koentjaraningrat Memorial Lecture (KML) XI/2014”, acara tahunan yang diselenggarakan oleh Forum Kajian Antropologi Indonesia (FKAI) dalam rangka memperingati dan mengenang jasa-jasa Koentjaraningrat sebagai perintis ilmu antropologi di Indonesia. KML ke-11 yang mengangkat tema “Pangeran Diponegoro (1785-1855) dan Masalah kepemimpinan Nasional” ini diadakan di Auditorium Gedung X Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Senin, (19/5/2014).

KML tahun ini menghadirkan empat pembicara, yaitu dosen Program Studi Jawa FIB UI, Karsono H. Saputra, M.Hum., dosen Program Studi Sejarah FIB UI, Dr. Bondan Kanumuyoso, Ketua Departemen Antropologi FISIP UI, Dr. Tony Rudyansyah, dan guru besar FIB UI, Prof. Peter Ramsay Carey, Ph.D. Sementara, pembicara kunci dalam seminar ini adalah guru besar Antropologi UI, Prof. Dr. Subur Budhisantoso. Seminar ini diadakan atas kerja sama antara FKAI dan FIB UI. “Seminar ini diadakan karena kurangnya kajian sejarah kita terhadap sosok pahlawan Indonesia,” tutur Mulyawan Karim, Ketua FKAI.

Masalah kepemimpinan di tengah ingar-bingar pemilu presiden 9 Juli 2014 mendatang tentu saja menjadi bahasan yang menarik. Subur Budhisantoso menyatakan bahwa sebuah masyarakat, sekecil apa pun itu, selayaknya menyiapkan pemimpinnya. Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Carey bahwa pemimpin itu tidak dilahirkan, melainkan diasah.

Jika ditarik ke arah pembahasan Pangeran Diponegoro, Carey juga menyatakan bahwa Pangeran Diponegoro lahir pada arus zaman yang tepat sehingga Diponegoro bisa menjadi pahlawan yang dikenal seperti sekarang ini. Sementara itu, menurut Bondan, seharusnya Diponegoro bukanlah satu-satunya pahlawan yang hidup pada masanya dan bukan satu-satunya yang layak dikenang. Ada Nuku, Sultan dari Tidore, yang tak pernah kalah melawan penjajah, serta Tuanku Imam Bonjol.

Sementara itu, Karsono melihat Pangeran Diponegoro sebagai sosok manusia Jawa. Bagaimanapun juga, kepemimpinan Pangeran Diponegoro tidak dapat terlepas dari kekuatan supranatural yang mengendalikannya. Tidak mengherankan ketika Pangeran Diponegoro disebut-sebut sebagai Ratu Adil karena dia merupakan sosok yang hadir di tengah-tengah kekacauan rakyat dan dianggap menyelamatkan rakyat dari tindasan kolonial. Namun, yang menjadi pertanyaan besar, apakah konsep Ratu Adil masih relevan untuk masa kepemimpinan sekarang? Barangkali keempat pembicara tersebut belum menjawabnya secara lugas.

Yang juga tak kalah menarik dari keempat pembicara tersebut adalah dedikasi Carey terhadap Pangeran Diponegoro. Carey berasal dari Trinity College, Oxford University, dan bukan warga negara Indonesia. Carey telah meneliti segala hal tentang Pangeran Diponegoro selama kurang lebih 30 tahun.

Dalam seminar ini, ia menunjukkan bagaimana sisi kehidupan pribadi Pangeran Diponegoro untuk memperlihatkan bagaimana kualitas hidup dan kepemimpinan Pangeran Diponegoro. “Sejarawan yang baik adalah sejarawan yang bisa menghidupkan kembali semua nuansa dari suatu masa ke masa sekarang,” tutur Carey.

Carey mampu menunjukkan dengan jelas bagaimana kehidupan Pangeran Diponegoro secara rinci, luas, dan lengkap. Pada dasarnya, makalah yang dibawakannya kali ini merupakan sekelumit kisah dari buku terbarunya, yaitu Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro 1785—1855. (FSN)

Related Posts

Leave a Reply