id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Latihan Terapeutik Tepat, Efektif & Bermanfaat untuk Pasien PPOK

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Latihan Terapeutik Tepat, Efektif & Bermanfaat untuk Pasien PPOK

Penulis: Alfin Heriagus

Pada hari Jumat (06/08/2021), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyelenggarakan sidang promosi doktor melalui aplikasi Zoom Meeting dan kanal Youtube “Medicine UI”. Pada sidang promosi doktor ini, dr. Tresia Fransiska, U.T, SpKFR sebagai promovendus diberikan kesempatan untuk mempersentasikan hasil disertasinya yang berjudul “Rancangan Model Latihan Terapeutik pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil (PPOK): Telaah Stres Oksidatif, Kelelahan dan Kekuatan Otot serta Kecepatan Berjalan”.

Penelitian ini bertujuan untuk merancang model latihan terapeutik yang tepat dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK. Mengutip penjelasan dr. Tresia, PPOK adalah penyakit dengan karakteristik hambatan aliran udara yang bersifat progresif dan berhubungan dengan respons peradangan paru abnormal terhadap suatu partikel atau gas beracun. Dengan demikian, hal tersebut akan berdampak pada disabilitas dan kecacatan progresif yang dapat menyebabkan keterbatasan aktivitas fisik, dan sangat mempengaruhi kualitas hidup. PPOK ini dapat menyebabkan respons peradangan di paru secara sistemik berupa stress oksidatif. Stres oksidatif merupakan suatu kondisi yang terjadinya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh.

Latihan terapeutik merupakan suatu pergerakan tubuh yang dapat meningkatkan kesehatan dan kesegaran tubuh sehingga dapat mengembalikan fungsi sistem menjadi normal. dr. Tresia menjelaskan, latihan terapeutik ini mampu memperbaiki kapasitas kardiorespirasi dan muskoloskeletal jika dilakukan selama minimal empat minggu secara rutin dan teratur. Latihan terapeutik ini memiliki tiga tipe, dimana pada tipe satu difokuskan untuk penguatan otot intensitas rendah sebanyak 50%, sedangkan untuk tipe dua difokuskan pada penguatan otot intensitas sedang sebanyak 75%. Berbeda dengan tipe satu dan dua, pada latihan terapeutik tipe tiga difokuskan untuk mengontrol sistem pernafasan.

“Penelitian yang saya lakukan ini merupakan satu satunya penelitian yang membandingkan respon adaptasi latihan terapeutik intensitas rendah dan sedang terhadap kadar stress oksidatif, kelelahan otot, kekuatan, dan massa otot serta kecepatan berjalan pada pasien PPOK stabil,” ujar dr Tresia.

Latihan terapeutik intensitas rendah-sedang tersebut dapat meningkatkan kapasitas antioksidan mioselular dan adaptasi sel serta memperbaiki kerusakan oksidatif yang telah terjadi. Sementara untuk mengontrol stress oksidatif dari latihan terapeutik merupakan peran dari kadar Glutation (GSH). Berbeda dengan stress oksidatif, kelelahan massa otot terjadi karena adanya ketidakseimbangan  protein di dalam tubuh sehingga menyebabkan hilangnya massa otot dan menghambat pembentukan massa otot. “Hal inilah yang membuat penderita PPOK mudah lelah dan diperlukan latihan terapeutik secara rutin untuk memulihkannya, ” jelasnya.

Ia melanjutkan, bahwa kadar oksigen yang rendah dan peradangan sistemik yang menetap merupakan penyebab terjadinya disfungsi otot rangka dan pernafasan pada pasien PPOK. Disfungsi ini disebabkan oleh adanya penipisan massa otot serta pergeseran metabolisme energi oksidatif menjadi glikolitik sehingga terbentuknya asam laktat lebih awal. Hal inilah yang memicu penderita PPOK mudah lelah, intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot serta kecepatan berjalan yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Dengan demikian, diperlukan penanganan tertentu untuk memperbaiki hal tersebut, salah satu caranya melalui latihan terapeutik.

Dengan dilakukannya latihan terapeutik pada penderita PPOK, hal ini dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai bawah sehingga dapat meningkatkan kecepatan berjalan pada pasien PPOK. Kecepatan berjalan tersebut meningkat dengan tinggi badan, kekuatan otot tungkai bawah, dan akan menurun seiring bertambahnya usia serta status kesehatan yang buruk. Latihan terpautik yang tepat untuk meningkatkan kecepatan berjalan yaitu dengan melatih pernafasan. Latihan pernafasan dapat meningkatkan kecepatan berjalan dengan memperbaiki ventilasi dan mengurangi sesak melalui penurunan kerja pernapasan serta peningkatan saturasi oksigen.

Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu secara teoritis dan aplikatif. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh rancangan model latihan terapeutik yang efektif hingga ke tingkat selular, menjadikan acuan pada pasien PPOK stabil melalui latihan terapeutik, dan mendapatkan data profil kadar stres oksidatif. Sedangkan secara aplikatif, penelitian ini menjadi dasar panduan praktek klinis pada pasien dengan gangguan penafasan.

Tresia saat memberikan materi mengatakan bahwa penelitian ini tidak diperuntukkan untuk pasien yang mengalami eksaserbasi. Eksaserbasi merupakan kondisi dimana pasien mengalami PPOK dengan gejala yang semakin buruk. Ia menjelaskan penelitian yang ia lakukan hanya untuk pasien dengan PPOK yang stabil dengan usia diatas 50 tahun, tidak memiliki riwayat eksaserbasi, tidak mengkonsumsi obat antioksidan, dan bersedia melakukan latihan secara teratur.

Diakhir, dirinya menyimpulkan bahwa model latihan terapeutik ini terbukti mampu meningkatkan GSH plasma darah, meningkatkan kekuatan otot, dan kecepatan berjalan pada penderita PPOK stabil. PPOK dapat menyebabkan kecacatan progresif yang berdampak pada keterbatasan aktifitas fisik juga sangat mempengaruhi kualitas hidup. Ia menyarankan bagi penderita PPOK untuk melakukan latihan terapeutik baik tipe satu, dua, atau tiga secara teratur, karena latihan ini terbukti aman, dan efektif dilakukan mandiri sebagai home based training.

Sidang promosi doktor ini dipimpin langsung oleh dekan Fakultas Kedokteran Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp. PD-KGEH, MMB., dengan promotor Prof. Dr. dr. Angela B.M. Tulaar, Sp. KFR(K) serta Prof. dr. Suzanna Immanuel, Sp. PK(K), Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp. KFR(K) sebagai Ko-promotor. Sidang promosi ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, Sp. PD-KGEH, Prof. Dr. dr. Dewi Irawati S, MS, AIFM, dr. Budhi Antariksa, Sp. P(K), Ph.D., Prof. Dra. Rondang R. Soegianto S, MSC, Ph.D., dan Dr. dr. Damayanti Tinduh, Sp. KFR(K) sebagai anggota tim penguji. Sidang ini berjalan dengan tertib dan lancar dengan dipandu oleh Agung Susanto, SE. selaku Master of Ceremony (MC) dan diakhiri dengan sesi foto bersama.

Related Posts