id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Bagaimana Lingkungan Membentuk Perilaku Manusia?

Universitas Indonesia > Berita > Bagaimana Lingkungan Membentuk Perilaku Manusia?

shutterstock_313889042

Mengapa seseorang dapat berbuat jahat kepada orang lain, sementara orang lain melakukan hal-hal yang baik terhadap sesamanya? Pertanyaan ini menjadi inti pidato Prof. Phillip Zimbardo dari Stanford University selaku Keynote Speaker dalam The Asia Pacific Research in Social Science and Humanities (APRiSH) Conference yang berlangsung pada 7—9 November 2016 di Margo Hotel, Depok.

Zimbardo mengawali paparannya dengan menceritakan penelitiannya yang paling terkenal bernama “Stanford Prison Experiment”. Penelitian ini ia lakukan di tahun 1971. Penelitian eksperimen itu bertujuan mencari tahu apa yang akan terjadi jika orang-orang yang sehari-harinya berkelakuan baik diletakkan di lingkungan yang sangat buruk. Untuk itu, Zimbardo memilih 24 mahasiswa yang dianggap paling sehat dan normal untuk “berperan” menjadi sipir penjara dan tahanan.

Hal yang menarik adalah para mahasiswa yang menjadi sipir mulai menghina dan memaki para tahanan hanya dalam waktu 24 jam dari dimulainya eksperimen. Para sipir memaksa tahanan untuk melakukan hal-hal yang tidak ada gunanya dan membosankan, seperti push-up dalam durasi yang lama.

Di sisi lain, para tahanan juga berubah menjadi submisif dan stress dengan perlakuan dari sipir penjara. Perubahan perilaku yang terjadi sangat ekstrem sehingga penelitian yang seharusnya dilakukan selama dua minggu ini harus dihentikan pada hari keenam.

Ketika salah seorang sipir ditanya mengapa ia melakukan hal yang kejam pada tahanan yang sebenarnya sesama mahasiswa seperti dirinya, ia mengatakan bahwa di dalam pikirannya, para tahanan adalah boneka yang bisa diperlakukan sesuka hati. Inilah yang dinamakan Zimbardo sebagai dehumanisasi. Para pelaku kejahatan seringkali tidak menganggap orang lain sebagai sesama manusia sehingga tega menyakitinya.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lingkungan menjadi faktor penting yang menentukan apakah seseorang berperilaku baik atau buruk. “Seorang manusia terdiri dari kumpulan sifat baik dan buruk. Kita adalah makhluk yang bergantung pada situasi. Jika lingkungan di sekeliling kita baik, maka kita cenderung berbuat baik. Demikian pula sebaliknya,” ujar Zimbardo.

Kini, riset-riset yang dilakukan oleh Zimbardo lebih berfokus untuk menjawab pertanyaan mengapa orang-orang dapat bertindak heroik kepada sesamanya. Sepanjang kariernya sebagai peneliti, Zimbardo telah menyaksikan bahwa sebagian orang dapat menentang kejahatan dan menjadi pahlawan bagi orang-orang di sekelilingnya.

Dari penemuan ini, Zimbardo menganggap bahwa sebenarnya manusia berpotensi untuk menjadi pahlawan, tetapi terkadang menunggu momen tertentu untuk melakukan aksi heroik. Faktor terpenting yang memicu seseorang untuk menjadi pahlawan adalah stimulasi imajinasi heroik, yaitu kapasitas untuk membayangkan situasi yang mengancam secara fisik dan sosial, lalu berjuang untuk menyelesaikan masalah yang muncul dari situasi ini dengan mepertimbangkan apa yang mungkin dilakukan beserta konsekuensinya. Orang-orang dengan imajinasi heroik yang kuat cenderung lebih siap bertindak ketika sebuah momen yang memerlukan kepahlawanannya muncul.

Untuk menyebarkan nilai-nilai heroisme ini secara lebih luas, saat ini Zimbardo mengembangkan Heroic Imagination Project, yaitu sebuah organisasi non-profit yang mengedukasi orang-orang untuk menjadi pahlawan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Penulis: Dara Adinda Kesuma Nasution

Related Posts

Leave a Reply