id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mahasiswa FIB UI Ciptakan Metode Ajar Inovatif bagi Siswa Tuli

Universitas Indonesia > Berita > Mahasiswa FIB UI Ciptakan Metode Ajar Inovatif bagi Siswa Tuli

Mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB UI) ciptakan metode ajar Pendidikan Dwibahasa (PeDe). Metode yang digagas dalam tim PKM-M ini ditujukan untuk peserta didik yang mengalami gangguan pendengaran (tuli).

Berawal dari observasi yang dilakukan di SLB-B Dharma Asih, Depok pada tahun 2018, Ayyubie Cantika Yuranda (Sastra Indonesia, 2015) beserta tim menemukan permasalahan yang dialami anak-anak tuli dalam memperoleh pendidikan dwibahasa. Kesulitan berkomunikasi membuat anak-anak tuli sulit untuk menulis hingga menyampaikan pendapat.

Berdasarkan permasalahan tersebut, tim yang beranggotakan tiga mahasiswa Sastra Indonesia 2015; Ayyubie Cantika Yuranda, Dara Minanda, serta Rojali dan Adhi Kusumo Bharoto (Sastra Inggris, 2016) memutuskan untuk melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing terkait permasalahan tersebut.

Dibantu oleh Mohammad Umar Muslim, Ph.D dan Silva Tenrisara Isma, M.A. selaku dosen pembimbing, tercapailah ide untuk mengadakan “Program Taman Berani”, Program Peningkatan Pemahaman Berkomunikasi untuk Anak Tuli.

Kegiatan yang digagas ini pun mendapat sambutan positif. PKM-M Taman Berani berhasil mendapat kucuran dana dari Kementrian Ristek Dikti pada tahun 2019. Terhitung sejak akhir April hingga Juni 2019, dana tersebut digunakan untuk menjalankan Program Taman Berani.

“Kami ingin membuat program yang meningkatkan kualitas anak tuli sehingga mampu bersaing dengan anak dengar. Oleh karena itu, Program Taman Bicara ini hadir untuk memudahkan anak tuli dalam memahami bacaan, menulis, hingga menyampaikan gagasan,” tutur Ayyubie Cantika Yuranda.

Kegiatan yang dilakukan yaitu mengadakan kelas Bahasa untuk para siswa dan Focus Group Discussion untuk para guru. Metode pengajaran menggunakkan sistem Dwibahasa (menggunakkan Bahasa isyarat dibantu dengan video dan gambar). Setelah itu, siswa diperintahkan untuk menulis kata atau kalimat yang telah diajarkan.

“Mulanya kami akan memancing siswa melalui video atau gambar menggunakkan Bahasa isyarat. Selanjutnya, siswa diminta untuk menulis ulang kata atau kalimat tersebut. Hal ini dilakukan secara perlahan dalam Sembilan kali pelaksanaan kelas guna mengetahui sejauh mana pemahaman mereka terhadap Bahasa yang diajarkan,” ujar Ayyubie menambahkan.

Pelaksanaan kegiatan ini mendapat tanggapan positif dari orang tua siswa, yang merasa anaknya mulai percaya diri. Orang tua berharap program ini dapat diterapkan dan berkelanjutan khususnya bagi siswa SD dan SMA.

 

Related Posts

Leave a Reply