id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mantan PM Australia: Proteksionisme Bukan Solusi Perekonomian Suatu Negara

Universitas Indonesia > Berita > Mantan PM Australia: Proteksionisme Bukan Solusi Perekonomian Suatu Negara

Sebagai negara tetangga, hubungan Indonesia dan Australia terjalin baik dan harmonis. Hal tersebut terlihat dari semakin berkembangnya kerja sama ekonomi kedua negara yang terangkum dalam perjanjian Indonesia-Australia Comprehensive Economy Partnership Agreement (IA-CEPA).

“Kerja sama ekonomi kedua negara ini bukan hanya dalam teori, ini mengenai kemakmuran dan peluang ekonomi. Jadi, tahun lalu, kami meningkatkan status kami menjadi kemitraan strategis yang komprehensif,” tutur Malcolm Turnbull, mantan Perdana Menteri Australia, dalam kuliah umum di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa, 1 Oktober 2019.

 

Dalam konteks perekonomian global, hubungan perdagangan antara Indonesia-Australia sangat dipengaruhi oleh kondisi politik ekonomi antara Tiongkok dan Amerika Serikat yang dinilai merugikan dan berimbas pada banyak negara. Perang tarif ini menjadi yang paling disorot dalam perselisihan dua negara adidaya tersebut.

Imbas dari perselisihan kedua negara tersebut adalah kebijakan proteksionisme yang dilakukan oleh kedua negara. Proteksionisme adalah kebijakan ekonomi yang mengetatkan perdagangan antarnegara melalui cara-cara seperti tarif barang impor, batas kuota, dan berbagai peraturan pemerintah yang dirancang uuntuk menciptakan persaingan adil (menurut para pendukungnya) antara barang & jasa impor dan barang & jasa dalam negeri.

Kebijakan ini bertentangan dengan perdagangan bebas yang meminimalkan pembatasan perdagangan oleh pemerintah. Di era modern, proteksionisme semakin erat kaitannya dengan anti-globalisasi dan anti-imigrasi. Istilah ini sering digunakan dalam konteks ekonomi; proteksionisme dalam ekonomi mengacu pada kebijakan atau doktrin yang melindungi perusahaan dan pekerja di suatu negara dengan membatasi atau mengatur perdagangan luar negeri.

Dia menilai kebijakan proteksionisme yang dilakukan Presiden AS Donald Trump bukan solusi untuk keluar masalah rendahnya nilai pertumbuhan dagang.”Intinya, ketika kita mengurangi tarif dan membuka perdagangan, hal itu akan menciptakan lebih banyak pekerjaan,” ucap Turnbull. Ia berharap bahwa Indonesia tidak akan mempraktekkan kebijakan proteksionisme ini dalam konteks perdagangan global, karena menurutnya tidak akan ada yang diuntungkan dari kebijakan tersebut dalam era yang semakin terbuka dan berbasis teknologi seperti saat ini.

Related Posts

Leave a Reply