https://www.elementbike.id/data/selotgacorku/https://karanganbungacilacap.com/https://dupak.dinkes.jatimprov.go.id/assets/media/demos/https://e-learning.uniba-bpn.ac.id/rahasia/app.htmlhttps://elearning.ittelkom-sby.ac.id/group/s1/https://lms.unhi.ac.id/login/maxwin/https://e-learning.unim.ac.id/notes/-/smaxwin/https://uinsatu.ac.id/media/sthailand/https://simpenmas.untirta.ac.id/panduan/-/http://keris.bondowosokab.go.id/public/system/https://tik.unj.ac.id/wp-content/konten/https://perizinanfilm.kemdikbud.go.id/uploads/blog/https://dishub.babelprov.go.id/images/sgacor/https://sipolahta.dispermadesdukcapil.jatengprov.go.id/img/user/https://dpupr.bantenprov.go.id/dpupr/uploads/files/http://bendungan-kita.sda.pu.go.id/assets/css/demo/https://agroteknologi.faperta.untad.ac.id/kaktus/images/https://sisurat.itenas.ac.id/application/core/https://www.umm.ac.id/files/media/https://simojang.jabarprov.go.id/demos/seo/
Membedah Krisis Ukraina dari Segi Ekonomi dan Geopolitik - Universitas Indonesia
id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Membedah Krisis Ukraina dari Segi Ekonomi dan Geopolitik

Universitas Indonesia > Berita > Membedah Krisis Ukraina dari Segi Ekonomi dan Geopolitik

ukrainaProgram Studi Rusia dan Departemen Kewilayahan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menggelar seminar bertajuk “Krisis Ukraina dan Pengaruhnya bagi Asia Tenggara,” dengan menggandeng Kedubes Rusia dan Amerika Serikat. Bertindak sebagai pembicara kunci adalah Duta Besar Federasi Rusia,YM Mikhail Galuzin dan Duta Besar Amerika Serikat,YM Robert O. Blake, Jr. Sementara itu, di sesi diskusi panel hadir Asisten Kepala Bagian Politik Luar Negeri Kedubes AS,Casey Mace, Penasihat Bidang Politik Kedubes Rusia,Oleg Kopylov, dan Koordinator Program Studi Rusia FIB UI,A. Fahrurodji. Seminar diadakan di Auditorium Gedung I FIB UI pada Selasa (29/4/2014) dengan turut mengundang Kedubes Ukraina.

Konflik politik di Ukraina yang berlangsung di akhir tahun lalu berbuntut pada digulingkannya pemerintahan Presiden Viktor Yanukovich dalam sebuah aksi massa di Lapangan Maidan, Kiev. Parlemen Ukraina, Verkhovnaya Rada, memutuskan untuk mengambil alih pemerintahan dan menetapkan pemerintahan sementara. Pemerintahan ad interim yang dikuasai kelompok Euramaidan, sebuah kelompok ultranasionalis Ukraina, didukung oleh negara-negara Barat yang tergabung dalam Uni Eropa dan AS. Berbagai aksi massa yang brutal dan bentrokan bersenjata terjadi mengiringi proses peralihan pemerintahan saat itu.

Rusia, yang dari awal mendukung pemerintahan Presiden Yanukovich, mengambil langkah dengan mengirimkan pasukannya ke Krimea, di salah satu pangkalan militer du Sevastopol. Rusia menganggapnya sebagai langkah preventif agar kerusuhan tidak meluas ke wilayah yang mayoritas penduduknya merupakan etnis berbahasa Rusia. Rusia mendukung keputusan Pemerintah Otonom Krimea untuk mengadakan referendum untuk melepaskan diri dari Ukraina dan bergabung dalam Federasi Rusia.

Tindakan Rusia ini mendapat reaksi keras dari pemerintah ad interim Ukraina dan negara-negara Barat yang tergabung dalam UE dan AS. AS dan UE bereaksi terhadap tindakan Rusia dengan mengeluarkan sanksi berupa travel ban bagi beberapa pejabat Rusia yang dianggap terkait dengan pengambilan keputusan Moskow, membekukan aset-aset pengusaha Rusia di negara-negara tersebut, dan mengambil berbagai langkah nonmiliter lainnya. Upaya menghukum Rusia melalui PBB kandas setelah rancangan resolusi DK PBB diveto Rusiayang notabene merupakan anggota tetap DK PBB.

Konflik kawasan ini membawa dampak geopolitik tidak hanya di kawasan Eropa Timur. Ancaman sanksi ekonomi terhadap Rusia dibalas dengan manuver kebijakan luar negeri Rusia, termasuk kerja sama perdagangannya yang dialihkan ke negara-negara ketiga dan negara yang tergabung dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China, South Africa). (DL)

Related Posts

Leave a Reply