id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Menangkal Bencana Banjir dari Sekolah

Universitas Indonesia > Berita > Menangkal Bencana Banjir dari Sekolah

“Untung sepanjang jalan, malang sekejap mata” peribahasa ini bisa disematkan jika melihat kondisi Indonesia khususnya wilayah Jabodetabek saat ini. Bencana banjir begitu cepat datang, hingga warga yang menyelamatkan diri hanya sempat membawa baju “sebatang”. Air begitu gampang menyapu semua yang menghadang. Ketika sejuta rupa sampah telah menyebar luas, pemulihan begitu sulit dilakukan. Kini banjir sudah surut, hanya tersisa duka ditambah potensi sarang penyakit.

Melihat kondisi demikian, anggota Dewan Pakar Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia, Agus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N menyarankan persoalan kebencanaan bukan hanya peran pemerintah, namun semua pihak termasuk masyarakat dan sekolah, dimana semuanya harus siap dan mempunyai kapasitas dalam persiapan menghadapi datangnya bencana. Mampu menjaga kesehatan pada saat bencana serta penanganan masalah kesehatan pascabencana.

Untuk persiapan, Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) ini menyebutkan, semua bisa diawali penerapannya di tingkat sekolah. Artinya adalah memasukkan komponen kebencanaan di dalam kurikulum sekolah, baik intra maupun ekstra kurikuler. Khususnya Intra kurikuler, dinilai dapat mengembangkan kompetensi yang diturunkan menjadi sasaran belajar siswa yang kemudian dimasukkkan dalam mata pelajaran.

“Mas, menteri kita ‘kan sedang giat mengusung ‘kemerdekaan belajar’. Tentu strategi pembalajaran seperti ini akan direspon,” ungkap Agus Setiawan kepada rri.co.id, Jumat (3/1/2020).

Agus lanjut menuturkan, dalam menjalankan strategi itu, para guru diberi kebebasan untuk mamasukkan sasaran belajar dan pelajaran terkait kebencanaan. Strategi pembelajarannya juga bisa macam-macam. Dari simulasi, praktikum, role play, diskusi kelompok, dan strategi lain yang sekira menarik untuk siswa.

Selain itu, juga dapat dengan membentuk kader kesehatan sekolah lewat program UKS yang selama ini sudah ada di bawah pembinaan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan. Lewat  program kader kesehatan sekolah, siswa yang potensial bisa dilatih bagaimana persiapan menghadapi bencana seperti banjir, menjaga kesehatan pada saat banjir dan penanganan setelah banjir.

“Setelah dilatih, mereka bisa mensosialisasikannya ke teman-teman lain di sekolah dan keluarga,” ucapnya.

Selain di tingkat sekolah, kata dia, peran dari kelompok masyarakat dan komunitas juga dapat memberikan pendekatan edukasi sebelum terjadi bencana. Pada bagian lain, pendekatan juga disebutnya dapat dilakukan pada tingkat keluarga.

Untuk tingkat komunitas, tambah Agus, pendekatannya bisa lewat individu, keluarga dan masyarakat. Pendekatan individu dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk pasien-pasien yang datang ke puskesmas. Untuk tingkat keluarga, bisa lewat kegiatan home visit atau kunjungan rumah untuk keluarga yang beresiko terkena banjir dan mengalamai masalah kesehatan akibat banjir.

“Untuk pendekatan masyarakat, bisa lewat forum-forum yang ada di masyarakat seperti posyandu, posbindu, PKK, dan lainnya. Penting juga melatih kader kesehatan di masyarakat untuk topik-topik terkait bagaimana persiapan menghadapi banjir, menjaga kesehatan selama banjir dan penanganan masalah kesehatan setelah banjir. Kader kesehatan dan tokoh masyarakat juga perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan tentang mitigasi bencana dan penanganan awal jika terjadi musibah banjir,” pungkasnya

Related Posts

Leave a Reply