id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mengenal Pneumonia, Penyakit Paru yang Menular

Universitas Indonesia > Uncategorized > Mengenal Pneumonia, Penyakit Paru yang Menular

Paru-paru merupakan organ tubuh yang memegang peranan penting dalam mengendalikan kehidupan manusia. Untuk itu, setiap individu perlu merawat dan menjaga paru agar terhindar dari ancaman penyakit. Salah satu penyakit paru yang berbahaya dan menular adalah pneumonia. Pneumonia merupakan infeksi paru yang menyebabkan peradangan dan penumpukan mukus dan cairan di dalam paru sehingga mengakibatkan individu kesulitan bernafas.

“Pneumonia memiliki jenis yang bermacam-macam, namun jika dikategorikan asal mula timbulnya, maka dapat terbagi menjadi tiga, yakni komunitas, pneumonia yang di dapat di rumah sakit, dan pasien yang mendapatkan terapi ventilator. Jenis pneumonia komunitas merupakan jenis pneumonia yang paling sering ditemukan pada individu yang tidak memiliki riwayat atau sedang tidak dirawat di fasilitas kesehatan,” ujar dr. Rania, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RS UI).

Di Indonesia, melalui penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018, mengungkapkan bahwa 2% dari 100 individu pernah mengalami pneumonia. Angka ini menunjukkan, penyakit pneumonia tidak bisa dianggap remeh dan memerlukan penanganan medis yang serius.  Penyebab dari pneumonia sendiri bisa berasal dari virus, bakteri, atau pun jamur.

Faktor risiko seseorang dapat terkena virus pneumonia, diantaranya riwayat penyakit. Seseorang yang memiliki kebersihan mulut yang buruk, kontak erat dengan binatang tertentu yang dapat membawa bakteri, menggunakan produk tembakau (rokok), berpergian ke daerah tertentu, serta usia 65 tahun atau lebih. Riwayat penyakit yang dialami seseorang rentan terkena pneumonia adalah gagal jantung, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), masuknya lendir ke dalam tenggorokan, dan penyakit yang melemahkan sistem imun.

“Terdapat tanda dan gejala dari penyakit Pneumonia, seperti sesak nafa pada bagian paru, menggigil, demam yang tinggi, batuk kering & berdahak, nyeri dada, dan mudah lelah. Pada bagian otot gejala yang dapat timbul seperti nyeri otot, dan pegal-pegal. Sementara itu, pada bagian sistem saraf gejala yang mungkin muncul yaitu sakit kepala, hilangnya nafsu makan, dan kondisi mood yang sering berubah-ubah. Kondisi seperti inilah yang perlu diwaspadai oleh individu dan sebaiknya segera periksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan medis lebih lanjut,” kata, dr. Rania.

Sebagai pencegahan, ia mengatakan beberapa hal yang dapat dilakukan individu, seperti menghindari faktor risiko, melakukan vaksin pneumonia bagi usia 19-65 tahun keatas yang menerima terapi kanker, melaksanakan vaksin influenza setiap tahunnya, memeriksa gigi secara teratur, dan cuci tangan dengan sabun & air setidaknya selama 20 detik.

Selaras dengan penjelasan tersebut, Dr. dr. Alvina Widhani, Sp. PD KAI (Dokter Penyakit Dalam RSCM) juga mendukung gerakan vaksin pneumonia yang akan diberikan pada lansia. Menurutnya, pemberian vaksin tersebut merupakan sebuah langkah yang tepat sebagai daya tahan tubuh lansia yang mulai rentan dan mudah terinfeksi penyakit terutama di bagian paru. Selain pemberian vaksin pneumonia, lansia diatas 50 tahun juga tetap wajib menjalani pola hidup yang bersih dan sehat, tidak merokok, berolahraga secara teratur, menjaga berat badan, dan istirahat yang cukup.

Dalam paparannya, ia mengatakan bahwa virus pneumonia dapat menular. Penularannya dapat terjadi melalui percikan ludah (udara) seperti saat seseorang sedang bersin, batuk, maupun berbicara. Untuk itu, di masa pandemi Covid-19 yang belum membaik, penting setiap individu untuk mematuhi protokol kesehatan dengan menerapkan 5M, yaitu menjaga jarak, menggunakan masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan membatasi aktivitas. Hal ini dilakukan agar infeksi virus Covid-19 tidak menyebabkan komplikasi penyakit lain, yaitu pneumonia.

Pada dasarnya, di dalam diri manusia terdapat kuman yang bernama pneumokokus di sekitar area hidung dan kerongkongan. Ini merupakan kondisi yang wajar dan normal pada setiap individu. “Tak perlu panik atau khawatir karena ini wajar, sekarang bagaimana kita mengatasi hal tersebut dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat guna menghindari jumlah kuman yang banyak,” ujar Dr. dr. Alvina.

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pemberian vaksin mampu mencegah terjadinya penyakit pneumonia. Selain itu, pemberian vaksin pneumonia juga dapat membuat tubuh seseorang menjadi lebih terjaga dan kebal sehingga tidak mudah sakit. Hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan vaksin adalah menginformasikan kepada dokter bila memiliki riwayat alergi, menceritakan efek samping yang timbul dari vaksin sebelumnya, sedang hamil atau tidak, dan kondisi tubuh harus fit saat hendak disuntik.

Setelah dilakukan vaksinasi pneumonia, terdapat beberapa efek samping yang mungkin terjadi mulai dari terasa nyeri, bengkak dan kemerahan di bagian lengan yang disuntik, demam ringan, menggigil, merasa lelah, sakit kepala, dan nyeri otot atau persendian. Dari berbagai penelitian, efek samping vaksinasi biasanya ringan dan akan hilang dengan sendirinya. Oleh karenanya, Dr. dr. Alvina mengajak dewasa usia 50 tahun keatas untuk melakukan vaksinasi pneumonia guna menjaga dan merawat paru agar terhindar dari berbagai penyakit paru.

Related Posts