iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pakar dari FIK UI Ingatkan Pentingnya Edukasi dan Dukungan Bagi Ibu Menyusui

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Keperawatan > Pakar dari FIK UI Ingatkan Pentingnya Edukasi dan Dukungan Bagi Ibu Menyusui

“Menyusui secara langsung merupakan media terbaik pemberian ASI kepada bayi. Bayi akan mendapatkan ASI sesuai kebutuhan, selain itu menyusui dapat meningkatkan bonding hubungan ibu dan bayi,” kata dosen spesialis keperawatan anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), Fajar Tri Waluyanti, Ns, Sp.Kep.An, IBCLC.

Ia mekomendasikan pemberian ASI dengan cara terbaik, yaitu dengan menyusui langsung, karena tubuh memproduksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Saat bayi sedang terpapar dengan lingkungan infeksius seperti anggota keluarga yang sedang batuk dan dekat dengan bayi, maka ASI yang diproduksi ibu akan banyak mengandung zat anti infeksif. Menurutnya, menyusui langsung juga membantu mengurangi risiko kanker payudara, kanker ovarium, serta mengembalikan rahim ke ukuran semula.

“Menyusui harus terus dilakukan dan tidak boleh terputus. Jika Ibu mengalami gejala ataupun terkonfirmasi Covid-19, Ibu tetap dapat memberikan ASI dengan mengikuti protokol pencegahan Covid-19. Namun jika kondisinya tidak memungkinkan, Ibu dapat memberikan ASI perah. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan sangat dibutuhkan,” kata Fajar. “Suasana hati dan kebatinan Ibu harus diperhatikan betul, karena gangguan psikis dapat mempengaruhi produksi ASI dengan signifikan,” kata Fajar lagi.

Dukungan dan semangat terhadap ibu menyusui untuk memberikan ASI ekskulif harus terus digalakkan, terutama pada saat pandemi Covid-19. Mengutip dari laman kemenkes.go.id, disebutkan bahwa secara ilmiah pada ibu yang terkonfirmasi positif ternyata di dalam ASI-nya mengalir antibodi Imunoglobulin A dan G, Lactalbumin, Lactoferin, dan sebagainya yang secara spesifik merupakan benteng perlawanan terhadap SARS-CoV-2. Sedangkan pada ibu yang telah divaksinasi Covid-19 ditemukan kadar antibodi slgA spesifik SARS-CoV-2 dalam ASI meningkat pesat dalam waktu 14 hari pasca vaksinasi dosis pertama, semakin kuat setelah minggu ke-4 dan terukur lebih tinggi pada minggu ke-5 dan ke-6.

Tahun ini, Pekan ASI sedunia yang dilaksanakan setiap tanggal 1-7 Agustus, mengangkat tema “Step Up for Breastfeeding : Educate and Support”. Melalui tema tersebut, pekan ASI sedunia bertujuan mengingatkan para ibu di Indonesia akan pentingnya pengetahuan serta dukungan dalam keberhasilan pemberian ASI. Manfaat ASI eksklusif paling penting ialah bisa menunjang sekaligus membantu proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal tersebut dikarenakan, di usia 0 sampai 6 bulan bayi belum diizinkan mengonsumsi nutrisi apapun selain ASI. Oleh karena itu, selama enam bulan berturut-turut, ASI yang diberikan pada sang buah hati tentu saja memberikan dampak yang besar pada pertumbuhan otak dan fisik bayi selama ke depannya.

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi terbaik dan sudah terbukti manfaatnya secara klinis dalam menyelamatkan kehidupan. Tidak hanya melindungi anak dari berbagai macam penyakit, ASI juga memperlihatkan hasil tes kecerdasan yang lebih baik serta mengurangi risiko obestitas pada anak.

Pemberian ASI juga akan mewujudkan pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang baik di masa depan. ASI diberikan secara eksklusif selama enam bulan pertama semenjak hari pertama lahir bayi, dan dilanjutkan dengan didampingi oleh Makanan Pendamping ASI (MPASI) sampai menginjak usia 2 tahun. Keberhasilan ASI eksklusif enam bulan dapat diwujudkan dengan motivasi kuat, pengetahuan ibu dan keluarga tentang menyusui, usaha yang terus-menerus, serta dukungan dari orang-orang terdekat, dan tenaga kesehatan.

Pemberian ASI eksklusif juga memiliki manfaat bagi ibu menyusui, salah satunya adalah mengatasi rasa trauma. Dengan kehadiran buah hati pertama kalinya bisa menjadi penyemangat hidup seorang ibu sekaligus dapat menghilangkan trauma saat persalinan.

Pasca melahirkan biasanya ibu rentan mengalami baby blues syndrome, terlebih lagi hal tersebut biasanya terjadi pada sang ibu yang belum terbiasa bahkan tidak bersedia memberikan ASI eksklusifnya untuk bayi mereka. Dengan menyusui, secara perlahan rasa trauma pun akan hilang dan ibu pun akan terbiasa menyusui bayinya.

Related Posts