id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pentingnya Ilmu Genetik dan Epigenetik dalam Dunia Kedokteran

Universitas Indonesia > Berita > Pentingnya Ilmu Genetik dan Epigenetik dalam Dunia Kedokteran

Dalam kurun waktu setengah abad terakhir, peningkatan pengetahuan dasar terkait mekanisme terjadinya penyakit telah membuat kemajuan yang sangat pesat dalam bidang kedokteran. Riset biomedik yang cepat dan mendalam untuk mengetahui mekanisme timbulnya penyakit belakangan ini telah menstimulasi pengembangan metode dan teknologi untuk tujuan diagnostik dan terapi serta pencegahan timbulnya penyakit.

Salah satu ilmu dasar yang menunjang pengetahuan tentang patogenesis penyakit adalah Genetika, yaitu ilmu yang mempelajari penurunan sifat atau karakter suatu mahluk hidup berdasarkan materi hereditas yang dimilikinya.

Materi hereditas yang dimaksud adalah gen, yaitu molekul asam nukleat dalam bentuk DNA (asam deoksiribosa nukleat), yang menjadi bahan cetakan untuk pembentukan protein. Hal ini dijelaskan oleh Prof. Dr.rer.nat., Dra. Asmarinah, M.Si yang merupakan Guru Besar Ul bidang llmu Biologi Kedokteran dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar pada Sabtu (20/4) di Aula IMERI FKUI,Kampus Salemba.

Ia memaparkan pidato berjudul “Arah Perkembangan Kedokteran di Masa Depan: Dari Pasangan Basa Nitrogen pada Gen ke Pelayanan di Rumah Sakit”. Selain ilmu Genetik, menurut Asmarinah, ilmu Epigenetik pun berperan penting terhadap timbulnya suatu penyakit. Epigenetik adalah ilmu yang mempelajari perubahan karakter individu karena adanya modifikasi-modifikasi dari molekul asam nukleat, protein histon yang mengemas DNA, yang semua itu dapat mempengaruhi jumlah protein yang dihasilkan.

“Modifikasi- modifikasi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan, seperti terpapar yaindividu dengan bahan kimia serta adanya sumber makanan tertentu yang dapat memodifikasi molekul-molekul tersebut,” jelasnya.

Asmarinah lalu menjelaskan bahwa terdapat tiga mekanisme epigenetik yang dapat mempengaruhi proses ekspresi gen, yaitu 1) Metilasi DNA pada basa nitrogen sitosin (C); 2) modifikasi molekul histon dengan penambahan gugus/senyawa metil, asetil, fosfat, dan ubiquitin; 3) terbentuknya micro RNA (miRNA). Ketiga mekanisme tersebut memengaruhi kuantitas dari produk ekspresi gen, yaitu molekul protein. Metilasi (penambahan gugus metil, CHs yang dibantu oleh enzim DNA metiltransferase/DNMT) dapat terjadi di nukleotidasitosin (C) yang selalu berdekatan dengan nukleotida guanin (G).

“Di masa yang akan datang, pengobatan penyakit pada pasien harus memperhatikan profil genetik dan epigenetik yang dimilikinya, sehingga personalized medicine atau precision medicine, merupakan hal yang seharusnya menjadi perhatian kita semua yang bergerak dalam bidang kedokteran dan kesehatan,” ungkap Prof. Asmarinah.

 

Related Posts

Leave a Reply