id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Post Power Syndrome, Sindrom Seseorang Ketika Masuk ke Masa Pensiun

Universitas Indonesia > Berita > Post Power Syndrome, Sindrom Seseorang Ketika Masuk ke Masa Pensiun

Untuk memperingati Hari Lanjut Usia Nasional, Universitas Indonesia menggelar seminar edukasi untuk para pralansia. Acara yang mengangkat tema “Mewujudkan Lanjut Usia yang Mandiri, Maju dan Sejahtera” ini, diselenggarakan pada Kamis (04/07) di Auditorium Gedung ILRC Lt.2 Universitas Indonesia.

Adapun seminar pertama yang diadakan menghadirkan salah satu dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yakni, Dra.Siti Dharmayanti Bambang Utoyo, M.A, Ph.D.Seminar ini bertajuk “Persiapan Psikologis Memasuki Masa Pensiun”. Dalam seminar ini, beliau menjelaskan bagaimana perubahan yang terjadi oleh seorang lansia yang sudah mulai masuk ke masa pensiun ditinjau dari sudut psikologisnya.

Menurut beliau, sebagai persiapan awal, orang yang sudah memasuki usia 25-45 tahun harus sudah memulai berpikir dan merencanakan bagaimana kehidupan di masa pensiunnya nanti. Namun, faktanya banyak orang yang sudah masuk usia 50 tahun baru tersadar sehingga merasa “kaget” karena merasa waktu berjalan sangat cepat sekali hingga tiba di masa pensiun.

Beliau juga menambahkan jika kita tidak mempersiapkan masa pensiun dengan baik, akan berdampak juga pada psikologis kita salah satunya munculnya Post Power Syndrome atau Sindrom Pasca Kuasa.

“Pensiun adalah masa di manater jadi perubahan yang sangat besar dalam diri kita. Jika kita tidak segera mersiapkan diri, yang pertama kita bisa mengalami depresi. Dan yang kedua bagi orang yang memiliki jabatan dapat menimbulkan Sindrom Pasca Kuasa atau Post Power Syndrome,” ujar Yanti.

Post Power Syndrome biasa dialami orang yang menunjukkan harga dirinya pada kekuasaan ketika dia masih bekerja.“Contohnya adalah saya punya klien Pak Bu, laki-laki, seorang Dirjen. Dirjen di suatu departemen. Dia terkenal keras karena untuk menunjukkan wibawanya.

Saat datang ke kantor dulu, dia terbiasa langsung disambut satpam, kemudian masuk di depannya sudah ada satpam lagi yang membawakan tasnya,” cerita Bu Yanti. “Setelah pensiun, baru dua hari, ketika dia kembali ke kantor untuk mengambil barangnya tidak ada lagi satpam yang menyambutnya. Masuk kedapan tidak ada satpam yang membawa kantasnya. Akhirnya timbulah goncangan yang luar biasa pada dirinya,” lanjut Yanti.

Beliau melanjutkan cerita jika sebenarnya klien tersebut tidak sadar jika sebagian orang di kantornya tidak suka dengannya karena kuasanya yang luar biasa diperlihatkan saat masih bekerja dulu.

Jika terus berlanjut, sindrom ini akan menimbulkan gejala-gejala psikologis lainnnya. Orang itu bisa merasa depresi, merasa tidak berguna lagi, dan menjadi pemarah yang bisa saja keluarga menjadi sasaran dari tumpahan amarahnya.

Selain itu, penyakit-penyakit seperti vertigo dan penyakit lainnya juga dapat kambuh dan muncul. Akan tetapi, semua itu dapat dihindari jika persiapan masa pensiun sudah direncanakan. Salah satu contoh yang terbaik menurutnya ketika memasuki masa pensiun adalah mendekatkan diri kepada Tuhan atau mempersiakan sesuatu seperti usaha yang memang sudah digemari sejak dulu.

Selain seminar bersama Siti Dharmayanti Bambang Utoyo, ada seminar lainnya bersama Ir. Aryana Satriya, M.M, Ph.D dengan judul “Persiapan Finansial Memasuki Masa Pensiun”. Pada seminar ini, beliau menjelaskan apa saja persiapan yang dapat dilakukan saat memasuki masa pensiun seperti melakukan investasi, deposito, dan lain-lainnya.

Tidak lupa, selain dua seminar tersebut, acara ini juga dimeriahkan oleh senam bersama, makan siang bersama, serta stand-stand yang menjual berbagai produk menarik untuk para peserta yang datang.

 

Related Posts

Leave a Reply