id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Sorot Milenial dan Anak, RSUI Adakan Seminar TBC dan Infeksi Otak

Universitas Indonesia > Berita > Sorot Milenial dan Anak, RSUI Adakan Seminar TBC dan Infeksi Otak

Generasi milenial saat ini mempunyai tren gaya hidup yang bebas melakukan apa saja dengan keaktifan dan kreativitasnya. Namun, gaya hidup tersebut terkadang menimbulkan berbagai macam penyakit karena kurangnya kepedulian terhadap kesehatan, salah satunya adalah penyakit TBC.

Penyakit yang diperkirakan sudah muncul dari sebelum masehi ini juga menyerang anak-anak dan bahkan bisa menyerang otak jika tidak segera ditangani.

Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dan Ejikman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) mengadakan seminar yang bertajuk “TBC dan Infeksi Otak di Era Milenial”.

Acara yang merupakan seminar ke-11 dari Bicara Sehat UI ini digelar pada Selasa, (14/02/2020) di RSUI Gedung Administrasi Auditorium Lantai 4, Jl. Prof. Bahder Djohan, Universitas Indonesia, Depok.

TBC merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB, yaitu Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini masuk ke paru-paru dan menyebar ke aliran darah.

“Pemberantasan penyakit Tuberculosis atau TB ini masih menjadi tantangan di Indonesia, pasalnya Indonesia menempati posisi kedua dengan jumlah penderita TB Paru (TBC) terbanyak di dunia, tercatat ada 420.994 kasus pada tahun 2017,” tutur Dokter Spesialis Pulmonologi RSUI, dr. Gatut Prionugroho, SpP(K).

 

Bahkan, hanya dengan tinggal di Indonesia pun sudah termasuk faktor risiko untuk terjangkit TB. Faktor lain yang dapat meningkatkan peluang untuk terkena penyakit TB adalah menjadi imigran, gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minuman beralkohol.

“Orang yang sudah pernah menderita penyakit TB pun lebih besar peluangnya untuk terkena penyakit kembali,” ujarnya.

Sementara itu, dr. Achmad Rafli, SpA mengingatkan orang tua untuk selalu waspada terhadap gejala TBC yang menyerang anak, karena gejalanya berbeda dengan orang dewasa.

Gejala TBC pada anak- anak menurut Rafli dapat berupa kejang, berat badan menurun, demam, anak lesu dan kurang aktif, nyeri otot, muntah, tidak suka atau silau terhadap cahaya terang, serta batuk secara terus menerus selama lebih dari 2 minggu.

“Penanganannya adalah dengan memberi antibioktika injeksi dosis tinggi atau obat anti TB, imunisasi BCG, dan menghindari kontak—terutama bayi dan balita—dengan penderita infeksi saluran nafas atas atau TBC dewasa aktif,” jelas Dokter Spesialis Anak RSUI tersebut.

Lebih spesifik, dr. Darma Imran, SpS(K) selaku Dokter Spesialis Saraf RSCM memaparkan terkait TB Meningitis yang dapat menyerang berbagai sisi otak sehingga mengganggu fungsi otak. Meskipun sulit untuk memeriksa otak karena dilindungi oleh tempurung kepala yang sangat tebal, dr. Darma menjelaskan metode-metode untuk memeriksa otak, salah satunya yaitu pungsi lumbal.

“Pungsi lumbal adalah proses mengambil sampel cairan otak dari punggung bagian bawah yang bertujuan untuk menentukan kuman dan menentukan obat apa yang tepat untuk pasien tersebut. Jangan takut, ini tidak dapat menyebabkan kelumpuhan atau kematian,” tegasnya.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUI, dr. Adityo Susilo, SpPD-KPTI melengkapi penjelasan bahwa penderita TB Meningitis tidak selalu terkena virus HIV. Konseling dan tes HIV harus dikerjakan pada semua pasien yang dicurigai atau telah diketahui menderita TBC, sesuai dengan peraturan yang berlaku. “Hal itu disebabkan karena adanya kesamaan infeksi oportunistik jika CD4 dibawah 200 sel/mm3,” paparnya.

 

Related Posts

Leave a Reply