https://www.elementbike.id/data/selotgacorku/https://karanganbungacilacap.com/https://dupak.dinkes.jatimprov.go.id/assets/media/demos/https://e-learning.uniba-bpn.ac.id/rahasia/app.htmlhttps://elearning.ittelkom-sby.ac.id/group/s1/https://lms.unhi.ac.id/login/maxwin/https://e-learning.unim.ac.id/notes/-/smaxwin/https://uinsatu.ac.id/media/sthailand/https://simpenmas.untirta.ac.id/panduan/-/http://keris.bondowosokab.go.id/public/system/https://tik.unj.ac.id/wp-content/konten/https://perizinanfilm.kemdikbud.go.id/uploads/blog/https://dishub.babelprov.go.id/images/sgacor/https://sipolahta.dispermadesdukcapil.jatengprov.go.id/img/user/https://dpupr.bantenprov.go.id/dpupr/uploads/files/http://bendungan-kita.sda.pu.go.id/assets/css/demo/https://agroteknologi.faperta.untad.ac.id/kaktus/images/https://sisurat.itenas.ac.id/application/core/https://www.umm.ac.id/files/media/https://simojang.jabarprov.go.id/demos/seo/
Tata Laksana Penanganan Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak - Universitas Indonesia
iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tata Laksana Penanganan Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak

Universitas Indonesia > Uncategorized > Tata Laksana Penanganan Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan pada Anak

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), pediatrik adalah spesialisasi ilmu kedokteran yang berkaitan dengan fisik, mental, dan sosial kesehatan anak sejak lahir sampai dewasa muda. Pediatrik juga merupakan disiplin ilmu yang berhubungan dengan pengaruh biologis, sosial, lingkungan, dan dampak penyakit pada perkembangan anak. Anak-anak berbeda dari orang dewasa secara anatomis, fisiologis, imunologis, psikologis, perkembangan, dan metabolisme. Oleh karena itu, penanganan terkait kesehatan anak juga dilakukan dengan cara yang berbeda.

 

Dalam rangka memberikan edukasi terkait kesehatan anak, Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) menggelar webinar, pada Jumat (28/1), dengan tema “Pendekatan Holistik Tata Laksana Kasus Pediatrik”. Pemateri pada acara tersebut adalah dr. Cynthia Centuri Sp.A., Dr. dr. Putri Maharani Tristanita Marsubrin Sp.A.(K), dan Dr. dr. Irene Yuniar Sp.A.(K) dengan moderator dr. Endah Setyaningsih.

 

Menurut dr. Cynthia, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya disebabkan oleh kekurangan gizi, tetapi juga oleh gen dan hormonal. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dan screening untuk menentukan penyebab bayi mengalami stunting. Untuk mengetahuinya, tahap pertama yang harus dilakukan adalah pembuatan kusioner praskrining perkembangan (KPSP) pada anak berusia 3 bulan–6 tahun. Kedua, dilakukan tes daya dengar setiap 3 bulan sekali pada bayi berusia < 12 bulan dan setiap 6 bulan pada bayi berusia > 12 bulan. Selanjutnya, dilakukan uji TERA dan BERA untuk mengetahui kemampuan pendengaran dan kemampuan bicara pada bayi dan balita.

 

Dr. Putri menambahkan bahwa pernapasan pada anak juga perlu diperhatikan karena banyak anak-anak yang mengalami resusitasi. Resusitasi merupakan pemberian napas buatan bagi orang yang mengalami kesulitan bernapas atau mengalami henti napas. Pada kasus bayi baru lahir, dari 10 bayi terdapat 1 bayi yang dilakukan resusitasi. Bayi yang baru lahir memiliki the golden minute, yaitu 60 detik pertama sejak kelahiran untuk re-evaluasi dan memulai ventilasi apabila diperlukan. Fase ini merupakan fase terpenting dalam keberhasilan resusitasi bayi. Selanjutnya, fase the first golden hour, yaitu 60 menit pertama kehidupan bayi. Fase ini terbagi menjadi empat tahapan, yaitu resusitasi neonatus, perawatan pascaresusitasi atau stabilisasi, transportasi bayi yang sakit ke unit NICU, serta bantuan pernapasan dan kardiovaskular pada awal perawatan.

 

“Proses resusitasi neonatus diawali dengan proses konseling antenatal dengan melihat data-data yang terdapat pada ibu dan kondisi janin selama fase kehamilan, persiapan alat, dan pembagian tugas dalam tim agar kesalahan saat melakukan resusitasi dapat diminimalisir dan proses resusitasi menjadi efektif,” terang dr. Putri.

 

Sementara itu, dr. Irene menyoroti fenomena syok pada anak. Syok merupakan suatu kegagalan sirkulasi yang dapat mengancam nyawa disebabkan oleh tidak terpenuhinya hantaran oksigen dan metabolik jaringan sehingga menyebabkan hipoksia pada jaringan dan seluler. Dalam patofisiologi syok, jumlah hantaran oksigen harus seimbang dengan jumlah oksigen yang dikonsumsi. Syok hipovolemik disebabkan oleh pendarahan, syok kardiogenik disebabkan gangguan pada kontraktilitas, dan syok obstruktif disebabkan gangguan pada afterload. Untuk menanganinya, diperlukan tata laksana syok dan jenis obat-obatan, seperti inotropik, vasodilator, inodilator, dan vasopresor.

Pada pasien dengan syok, dukungan hemodinamik yang dini dan adekuat sangat penting untuk mencegah disfungsi dan kegagalan organ. Resusitasi seharusnya segera dilakukan meskipun investigasi penyebab syok masih berjalan. Ketika penyebab syok telah diketahui, penyebab tersebut harus dikoreksi dengan cepat, seperti kontrol pendarahan, PCI pada sindrom coroner, thrombolysis atau embolektomi pada emboli pulmonal yang massif, dan pemberian antibiotik dan kontrol sumber infeksi pada syok septik.

Related Posts