id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tim FKUI Teliti Terapi Alternatif untuk Sindrom Ovarium Polikistik

Universitas Indonesia > Berita > Tim FKUI Teliti Terapi Alternatif untuk Sindrom Ovarium Polikistik

Sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UI, M.  Habiburrahman, M. Prasetio Wardoyo, Afid Brilliana Putra, dan Dr. Drs. Kusmardi, MS., meraih predikat juara 1 dalam acara Expo dan Seminar Ilmiah Tahunan (EXIT) MRC FK Universitas Andalas 2018.

Dengan tema “Cardiovascular Disease: Increasing National Awarness Of Cardiovascular Disease As One Of The Biggest Mortality Causes In Indonesia”, EXIT mempunyai 3 kategori lomba, yaitu: literatur review, poster edukasi, dan video edukasi.

 

Tm FK meraih juara di cabang literature review dengan karya ilmiah berjudul Flavonoid Quercetin sebagai Terapi Menjanjikan Atasi Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) Melalui Hambatan Pola Pensinyalan PI3-K, Peningkatan Regulasi AMPK, dan Peningkatan Ekspresi Reseptor Adiponektin ADIPOR1/ADIPOR2.

Karya ilmiah ini berusaha mencari terapi alternatif terbaru yang mampu menggantikan atau meningkatkan kebermanfaatan terapi Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK). SOPK adalah kelainan hormonal yang sering menjadi salah satu penyebab ketidaksuburan pada wanita.

Wanita dengan SOPK memiliki lebih banyak hormon laki-laki, yaitu androgen yang menyebabkan beberapa abnormalitas metabolisme dan hormonal, seperti siklus haid yang tidak teratur, rambut/bulu yang tumbuh di tempat yang tidak wajar, diabetes, dan kenaikan berat badan.

Sementara itu, efektivitas terapi SOPK di dunia kesehatan terkini masih belum sempurna, bahkan memiliki sejumlah keterbatasan terkait banyaknya risiko efek samping. Metode yang digunakan tim dalam membuat karya ilmiah ini adalah telaah pustaka.Hasil telaah pustaka menunjukkan bahwa suatu zat bioflavonoid bernama quercetin dapat dijadikan sebagai kandidat pengobatan SOPK alternatif di masa yang akan datang.

Ini terlihat dari turunnya kadar insulin (12.46  ±0.3 versus 10.0 ± 0.28 mU/ml), testosteron (0.65 ± 0.02 versus 0.29 ± 0.02 mU/ml), dan LH (20.6 ± 0.28 versus 15.1 ± 0.36 U/ml) pada pasien yang menggunakan zat tersebut secara oral.

Selain itu, ditemukan pula  peningkatan regulasi AMPK sebesar 12,3%, yang berperan dalam perbaikan disfungsi katabolisme glukosa, steroidogenesis, dan maturasi nukleus oosit. Semua hasi ini menunjukkan bahwa quercetin mempunyai efek yang baik dalam mengatasi gejala SOPK pada wanita.

Related Posts

Leave a Reply