https://www.elementbike.id/data/selotgacorku/https://karanganbungacilacap.com/https://masjidjoglo.fikk.unesa.ac.id/assets/https://e-learning.uniba-bpn.ac.id/rahasia/app.htmlhttps://elearning.ittelkom-sby.ac.id/group/s1/https://lms.unhi.ac.id/login/maxwin/https://e-learning.unim.ac.id/notes/-/smaxwin/https://uinsatu.ac.id/media/sthailand/https://simpenmas.untirta.ac.id/panduan/-/http://keris.bondowosokab.go.id/public/system/https://tik.unj.ac.id/wp-content/konten/https://perizinanfilm.kemdikbud.go.id/uploads/blog/https://dishub.babelprov.go.id/images/sgacor/https://sipolahta.dispermadesdukcapil.jatengprov.go.id/img/user/https://dpupr.bantenprov.go.id/dpupr/uploads/files/http://bendungan-kita.sda.pu.go.id/assets/css/demo/https://agroteknologi.faperta.untad.ac.id/kaktus/images/https://sisurat.itenas.ac.id/application/core/https://www.umm.ac.id/files/media/<
Tim KATAMAKU UI Gelar Pelatihan Deteksi Dini Disabilitas Mata pada Pasien Kusta - Universitas Indonesia
iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tim KATAMAKU UI Gelar Pelatihan Deteksi Dini Disabilitas Mata pada Pasien Kusta

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Tim KATAMAKU UI Gelar Pelatihan Deteksi Dini Disabilitas Mata pada Pasien Kusta

Penulis: Vinny Shoffa

Tim KATAMATAKU (Identifikasi Tanda-tanda Mata, Ekstremitas, dan Kulit pada Kusta) Universitas Indonesia mengadakan kegiatan “Webinar dan Workshop : Pelatihan Deteksi Dini Disabilitas Kusta pada Mata, Tangan, Kaki dan Kulit untuk Tenaga Kesehatan dan Kader” pada Jumat-Sabtu, 19-20 November 2021 dan disiarkan secara virtual melalui platform Zoom. Tim KATAMATAKU terdiri dari beberapa dokter spesialis mata, kulit, dan rehabilitasi medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN Cipto).

Manajer Riset dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Rahyussalim, Sp.OT(K)-Spine dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan ini adalah salah satu program pengabdian masyarakat FKUI. “Kegiatan KATAMATAKU ini sudah berkiprah sejak tahun 2018, dan diharapkan dapat memberikan dampak yang luas terutama bagi penderita kusta, tenaga medis, dan para pendidik,” ujarnya.

Lebih lanjut, kegiatan ini bertujuan agar dokter, perawat dan kader kesehatan dapat mengidentifikasi kelainan yang mungkin terjadi sedini mungkin pada penderita kusta sehingga dapat melakukan rujukan untuk mencegah disabilitas. Program ini merupakan bagian dari rangkaian Program Pengabdian Masyarakat UI Skema IPTEKS Bagi Masyarakat. Sebelumnya, program ini telah dijalankan di Kampung Sitanala pada 2018, Singkawang pada 2019, dan Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur pada 2020.

 

Salah satu materi, “Deteksi Dini Disabilitas Mata pada Kusta” disampaikan oleh dr. Hisar Daniel, SpM. Ia menjelaskan bahwa stigma pasien kusta sudah ada sejak dahulu dan harus diberantas. Indonesia sampai saat ini masih menjadi negara tertinggi di Asia Tenggara dan Indonesia menyumbang 8% kasus kusta di seluruh dunia. Daerah Timur Indonesia bahkan sampat saat ini masih menjadi salah satu daerah dengan angka penderita kusta yang masih cukup tinggi.

“Yang perlu diketahui, bahwa gangguan mata pada pasien lepra atau kusta berpotensi sebesar 70-75% mengakibatkan kebutaan pada pasien. Kelainan pada mata paling banyak terjadi di daerah kelopak,” ujar Hisar. Beberapa jenis gangguan pada mata tersebut antara lain adalah madarosis (kondisi di mana seorang individu kehilangan bulu mata dan/atau alis mata) dan trikiasis (bulu mata tumbuh ke arah bola mata).

Gangguan pada pasien kusta ini dapat menyebabkan kornea mata terluka karena hilangnya rasa sakit pada pasien sehingga banyak dari pasien yang tidak menyadari adanya luka. Gangguan lain pada mata yaitu lagoftalmus, yaitu ketidakmampuan kelopak mata menutup sempurna. Gejala disabilitas mata lain juga terdapat pada saluran air mata, salah satu cirinya terdapat bengkak tidak wajar, nyeri, dan merah pada area kelopak mata.

Pemeriksaan awal pada pasien yang sudah mengalami gejala-gejala di atas adalah dengan tes tajam penglihatan dengan tabel snellen dengan cara menutup salah satu mata pasien untuk membaca huruf dalam tabel. Selain dengan tabel konvensional, tes tajam penglihatan juga bisa dilakukan dengan aplikasi “Peek Acuity”. Metode ini dapat digunakan dengan cara memposisikan telepon genggam sejajar dengan mata dengan jarak 2-3 meter disertai dengan ditutupnya salah satu mata. Hasil yang didapat cukup akurat dengan aplikasi ini.

Pemeriksaan selanjutnya adalah sensibilitas kornea dengan mendekatkan cotton bud atau estesiometer ke kornea mata untuk mengetahui refleks mata pasien. Setelah itu, dilakukan latihan mengedip selama 10 detik dengan 10-20 kali per sesi (2-3 kali sehari) selama lebih dari enam bulan, lubrikasi bola mata dengan pemberian salep atau gel mata pada malam hari, dan menggunakan pelindung mata pada pasien. Cara lain untuk mengatasi disabilitas mata pasien kusta adalah dengan pembedahan dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, dan tergantung seberapa kompleks kasus disabilitas mata pasien.

Pembicara dalam webinar hari pertama ini adalah Dr. dr. Dhelya Widasmara, SpKK(K) dari Rumah  Sakit Saiful Anwar Malang dengan membawakan materi berjudul “Ramata Kit dalam Upaya Pengendalian dan Pencegahan Disabilitas pada Kusta”, dr. Melani Marissa, SpKK(K) dari Departemen Dermatologi dan Veneorologi FKUI-RSCM dengan materi berjudul “Tinjauan Klinis Luka Kusta”, dr. Steven Setiono, SpKFR(K) dari bagian Rehabilitasi Medik FKUI-RSCM dengan materi  berjudul “Rehabilitasi Disabilitas Tangan dan Kaki pada Kusta”, dr. Hisar Daniel, SpM dari Departemen  Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM dengan materi berjudul “Deteksi Dini Disabilitas Mata  pada Kusta”, dan Basri Syam, S.Kep, Ns, M.Kes dari RS Tadjuddin Chalid Makassar dengan materi berjudul “Implementasi Asuhan Keperawatan Pasien Luka Kusta di RSUP Dr. Tadjuddin Chalid Makassar”.

Related Posts