iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tingkatkan Akurasi Penanganan Kanker Ginekologi Lewat Pendekatan Minimal Invasif

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Kedokteran > Tingkatkan Akurasi Penanganan Kanker Ginekologi Lewat Pendekatan Minimal Invasif

“Kejadian kanker ginekologi di Indonesia mempunyai insiden yang masih tinggi, bahkan kanker leher rahim termasuk dalam 5 besar kanker dunia,” kata Prof. Dr. dr. Hariyono Winarto, SpOG, Subsp. Onk, pada pidato pengukuhannya sebagai guru besar Universitas Indonesia (UI) di Aula IMERI FKUI kemarin (Rabu, 24/1). Prof. Hariyono menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Peran Pendekatan Minimal Invasif untuk Diagnosis dan Tatalaksana Ginekologi Yang Lebih Baik”. Ia tercatat sebagai guru besar dalam Bidang Ilmu Onkologi Ginekologi Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran (FK) UI.

Menurut Prof. Hariyono, sepanjang 2022 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mencatat adanya penambahan kasus serviks sebanyak 383 (64%), ovarium 97 (16%), dan rahim atau endometrium sebanyak 121 (20%). Untuk itu, perlu langkah yang tepat dalam menangani kasus ginekologi, terutama dalam tatalaksana penyakit tersebut.

Selama ini penanganan kanker ginekologi melibatkan terapi multimodalitas, yakni kombinasi antara operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Modalitas terapi pada setiap kanker meliputi kanker serviks (operasi dan radioterapi), kanker ovarium (operasi dan kemoterapi), dan kanker endometrium (operasi dan kemoradiasi). Keterlibatan modalitas operasi dalam penanganan kanker ini memperkuat pentingnya pembedahan minimal invasif untuk hasil yang lebih baik.

Pendekatan minimal invasif untuk pembedahan terdiri atas laparoskopi dan histeroskopi. Laparoskopi adalah teknik pembedahan dengan beberapa sayatan kecil, kurang lebih sekitar 5–15 mm, atau pada “single port” dapat mencapai sekitar 40 mm. Melalui sayatan kecil ini, dokter ahli memasukkan teleskop beserta sumber cahayanya yang dihubungkan dengan monitor. Dokter melakukan tindakan operasi dengan lebih detail dan teliti, sehingga ketepatan tindakan meningkat, dan perdarahan serta trauma operasi lebih minimal. Selain laparoskopi, ada juga metode histeroskopi yang dilakukan dengan memasukkan kamera dan alat tindakan melalui jalan lahir, kemudian ke rahim.

Pendekatan minimal invasif pada pembedahan ini memiliki beberapa keuntungan, di antaranya pemulihan lebih cepat, berkurangnya perdarahan, risiko infeksi lebih rendah, bekas parut lebih kecil, dan dalam jangka panjang beban biaya lebih sedikit. Insisi yang lebih kecil mempercepat proses pemulihan dan mengurangi rasa nyeri. Secara psikologis, hal ini lebih baik bagi pasien sehingga mempersingkat waktu perawatan. Selain itu, perawatan yang lebih singkat berkontribusi pada pengurangan beban biaya dalam jangka panjang. Apabila pendekatan ini banyak digunakan oleh para ahli bedah, tentu biaya akan semakin murah.

Dalam penerapan pendekatan minimal invasif, tim operasi harus membiasakan diri dengan penggunaan dan perawatan alat yang lebih sensitif. Pendekatan ini memerlukan biaya yang lebih untuk awal pemakaian dan membutuhkan waktu pembelajaran dan pembiasaan yang lebih karena monitor hanya memperlihatkan dua dimensi, sehingga perlu pembiasaan hand-eye coordination. Meski saat ini sudah ada fasilitas kamera tiga dimensi dan sistem robotik, namun biayanya sangat mahal, sehingga belum banyak digunakan.

Selain pembedahan, pendekatan minimal invasif juga diterapkan pada skrining kanker ginekologi. Salah satu metode diagnosis kanker endometrium yang minimal invasif adalah melalui swab atau smear pada serviks, atau dengan penggunaan tampon vagina, sikat endometrium untuk mengambil sel-sel yang luruh melalui ostium serviks, atau bahkan dari urin kemudian dilakukan analisis epigenetik, termasuk analisis metilasi DNA. Metode ini mampu memberikan tingkat ketepatan diagnostik yang baik, terutama pada pasien dengan gejala perdarahan pasca-menopause. Tingkat ketepatan metode ini dapat mencapai lebih dari 90%, memberikan keandalan yang tinggi dalam menegakkan diagnosis kanker endometrium.

“Penggunaan analisis metilasi DNA sebagai metode diagnostik menawarkan keunggulan dalam ketersediaan sampel yang mudah diakses dan minimal invasif, menjadikannya pilihan yang menjanjikan untuk meningkatkan deteksi dini dan akurasi dalam penanganan kanker endometrium, terutama pada populasi pasien dengan risiko tinggi,” ujar Prof. Hariyono.

Selain penelitian tentang kanker ginekologi, Prof. Hariyono juga melakukan penelitian dengan topik lain. Beberapa di antaranya adalah Diagnostic Challenge: Distinguishing Uterine Fibroid with Cystic Degeneration vs Ovarian Cystic Malignancy (2023); Prevalensi Infeksi Human Papilloma Virus Risiko Tinggi pada Wanita dengan Positif Human Immunodeficiency Virus di Dunia: Tinjauan Sistematis Berdasarkan Studi Terkini (2023); dan Knowledge, Attitudes, and Practices Among Indonesian Urban Communities Regarding HPV Infection, Cervical Cancer, and HPV Vaccination (2022).

Pengukuhan guru besar Prof. Hariyono yang dipimpin oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., turut dihadiri oleh Direktur RS PELNI, drg. Ary Setyo Nugroho, MPH; Komite Hukum Perumahsakitan RSPAD GS, Mayjen TNI Dr. dr. Sutan Finekri Arifin Abidin, Sp.OG., Subsp.K.FM., M.A.R.S., M.H.; Ketua Umum POGI, Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, Sp. OG, Subsp. Onk., D.MAS, M.Kes.; Guru Besar Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr.rer.nat. Marselina Irasonia Tan, M.S.; Ketua Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia, Prof. Dr. dr. Hendy Hendarto, Sp.OG(K); Guru Besar FK Universitas Padjajaran, Prof. dr. Herman Susanto, Sp.OG. Subsp. Onk.

Prof. Hariyono menamatkan pendidikan di FKUI untuk program S1 Dokter (1995), Spesialis Obstetri dan Ginekologi (2003), dan dan S3 Biomedik (2014). Ia juga menyelesaikan Pendidikan Konsultan Onkologi Ginekologi RSCM Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia pada 2009. Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Divisi Onkologi Ginekologi, Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM serta Asisten Manajer Inovasi dan Kekayaan Intelektual, Tim Kerja Penelitian RSCM.

Related Posts