id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tips Aman Bedah Gigi Geraham Bungsu

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Kedokteran Gigi > Tips Aman Bedah Gigi Geraham Bungsu

Depok, 28 Mei 2024. Hampir setiap orang mempunyai gigi geraham bungsu. Gigi geraham bungsu adalah gigi yang terakhir tumbuh dan terletak pada bagian gigi yang paling belakang, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Umumnya, gigi geraham bungsu mulai tumbuh dalam rongga mulut pada usia 17-18 tahun. Namun, ada juga yang mulai tumbuh di usia 15 tahun, atau di usia yang lebih tua, seperti 20 tahun atau lebih.

Pada saat gigi bungsu tumbuh, akan terasa gejala seperti rasa tidak nyaman, rasa nyeri ringan sampai berat, gusi bengkak dan kemerahan, sulit makan dan membuka mulut, serta pembengkakan pada pipi. Dr. drg. Lilies Dwi Sulistyani, Sp.BMM(K), Staf Pengajar Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI) mengatakan, jika muncul keluhan tersebut, gigi bungsu sebaiknya dicabut. Selain itu, gigi harus dicabut apabila posisi gigi tidak sempurna (tumbuh sebagian dan dalam posisi miring), sering terselip makanan, adanya lubang karies, serta kelainan pada akar gigi.

Sebagaimana dalam setiap prosedur bedah, ada beberapa efek samping dan risiko komplikasi dari mencabut gigi bungsu. “Setelah operasi gigi bungsu, umumnya terjadi nyeri, bengkak, dan sariawan. Sementara risiko komplikasi yang terkait dengan pencabutan gigi bungsu dapat mencakup infeksi, kerusakan saraf, perdarahan, kebocoran sinus rahang atas, dry socket, parestesi (rasa baal yang berlangsung lama karena trauma pada pembuluh syaraf), trismus, dan patah rahang,” kata Lilies. Jika terjadi infeksi pasca pencabutan gigi bungsu, infeksi harus cepat diatasi sebelum semakin meluas dan membahayakan jiwa pasien.

Meskipun demikian, pasien tidak perlu takut mencabut gigi geraham bungsu. Menurut Lilies, komplikasi yang parah jarang terjadi, dan kemungkinan kematian akibat pencabutan gigi sangat rendah. Laporan National Institute of Health Amerika Serikat, yang meneliti lebih dari 20 penelitian sejak tahun 1955, melaporkan 218 kematian dari 71.435.282 prosedur perawatan gigi, dengan tingkat kematian 1 dari 327.684 atau 3 perjuta.

Untuk memastikan keamanan, pencabutan gigi perlu menaati prosedur. Pertama-tama, pasien yang akan menjalani pencabutan gigi harus dalam kondisi yang baik kesehatannya. Ini ditandai dengan kebersihan rongga mulut, tidak demam, tidak dalam kondisi penyakit yang akut, tidak ada penyakit komorbid yang tidak terkontrol (kelainan darah, sakit kencing manis, sakit jantung), tidak mengonsumsi obat pengencer darah, tidak ada penyakit autoimun, dan tidak ada penurunan daya tahan tubuh. Namun, pasien yang memiliki kondisi tersebut dapat tetap melakukan operasi gigi bungsu bila telah mendapat persetujan dokter.

Sebelum melakukan tindakan pencabutan gigi, dilakukan anamnesa (wawancara) untuk memperoleh informasi kesehatan pasien, pemerikaan klinis, dan rontgen foto. Setelah itu, dilakukan anestesi lokal di sekitar gigi bungsu yang akan dicabut. Tindakan dimulai dengan menyayat gusi gigi kemudian dibuat flap. Lalu, dilakukan pengambilan jaringan tulang yang menutupi gigi, dan gigi dicabut, baik secara utuh atau dilakukan separasi kemudian dikeluarkan sebagian demi sebagian. Setelah gigi dikeluarkan, luka dibersihkan dan dijahit.

Lilies mengatakan operasi gigi bungsu dapat dilakukan dalam bius lokal/anestesi lokal maupun bius total/anestesi umum. “Operasi gigi bungsu dalam bius total umumnya dilakukan dengan sejumlah pertimbangan kondisi, seperti adanya beberapa gigi bungsu yang dioperasi sekaligus, misalnya gigi bungsu atas, bawah, kiri, dan kanan, posisi gigi bungsu sangat dalam sehingga risiko terjadi perdarahan atau melukai sinus maksila besar, kondisi pasien tidak kooperatif, atau terdapat kondisi kelainan sistemik, seperti pasien dengan kelainan darah atau pasien dengan kelainan kardiovaskular,” ungkapnya.

Setelah operasi, pasien akan diberi resep kemudian diminta menggigit tampon selama satu jam dan menggantinya bila masih ada perdarahan. Pasien juga perlu melakukan perawatan pascaoperasi dengan diet lunak pada hari pertama, makan dan minum tidak hangat atau tidak panas, tidak berkumur terlalu keras atau kencang, menjaga kebersihan mulut dengan sikat gigi, minum obat sesuai instruksi dokter, tidak merokok, serta kompres dingin untuk membantu mengurangi pembengkakan.

Agar proses pencabutan gigi bungsu lancar, Lilies mengatakan pasien perlu mengikuti seluruh instruksi yang diberikan dokter. Bila operasi dilakukan dalam anestesi lokal, pasien diminta makan terlebih dahulu sebelum operasi. Kemudian, setelah pencabutan, dianjurkan makan makanan yang lunak selama satu sampai dua hari pasca operasi. Rasa nyeri dan bengkak akan berkurang dalam waktu satu hingga lima hari. Pasien juga perlu mengonsumsi obat sesuai instruksi dokter dan kontrol pasca operasi satu minggu kemudian.

Related Posts