https://www.elementbike.id/data/selotgacorku/https://karanganbungacilacap.com/https://masjidjoglo.fikk.unesa.ac.id/assets/https://e-learning.uniba-bpn.ac.id/rahasia/app.htmlhttps://elearning.ittelkom-sby.ac.id/group/s1/https://lms.unhi.ac.id/login/maxwin/https://e-learning.unim.ac.id/notes/-/smaxwin/https://uinsatu.ac.id/media/sthailand/https://simpenmas.untirta.ac.id/panduan/-/http://keris.bondowosokab.go.id/public/system/https://tik.unj.ac.id/wp-content/konten/https://estudy.unmuhjember.ac.id/question/-/https://dishub.babelprov.go.id/images/sgacor/https://sipolahta.dispermadesdukcapil.jatengprov.go.id/img/user/https://dpupr.bantenprov.go.id/dpupr/uploads/files/http://bendungan-kita.sda.pu.go.id/assets/css/demo/https://agroteknologi.faperta.untad.ac.id/kaktus/images/https://sisurat.itenas.ac.id/application/core/https://www.umm.ac.id/files/media/<
UI Adakan Seminar Mitigasi Gempa Bumi & Bencana Hidrometeorologi - Universitas Indonesia
id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI Adakan Seminar Mitigasi Gempa Bumi & Bencana Hidrometeorologi

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > UI Adakan Seminar Mitigasi Gempa Bumi & Bencana Hidrometeorologi

Universitas Indonesia (UI) mengadakan seminar daring bertajuk “Kesiapsiagaan Mitigasi Gempa Bumi & Bencana Hidrometeorologi” pada Selasa (27/7) dengan narasumber Dr. Daryono, S.Si, M.Si., Koordinator Bidang Mitigasi, Gempa Bumi, dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Dalam sambutannya, Sekretaris Universitas UI, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D, mengatakan bahwa tema seminar ini sangat relevan dengan kondisi demografis Indonesia yang terletak di antara dua benua, dan banyak dilalui oleh rangkaian gunung berapi.

“Di tengah pandemi Covid-19 ini, kita nyaris lupa akan aspek lain dari K3L, yaitu bagaimana kita tetap siap-siaga dalam melakukan mitigasi bencana yang mungkin terjadi. Sebagai bangsa yang tinggal di wilayah rawan bencana, kita seharusnya memiliki kesadaran ini,“ ujarnya. Ia berharap seminar ini dapat memberikan wawasan pengetahuan terkait mitigasi bencana secara umum, terutama bagi para pekerja.

Dalam pemaparan materi “Kesiapsiagaan & Mitigasi Bencana Gempa Bumi”, Dr. Daryono, S.Si, M.Si. menyampaikan tentang upaya yang dapat dilakukan dalam memitigasi karyawan. Pertama, melakukan sosialisasi untuk membangun kesiapsiagaan terhadap bencana. “Menurut data, sebesar 34,9% persentase korban selamat itu dikarenakan dirinya sendiri. Ini fakta. Oleh karena itu memberikan pengetahuan dasar mitigasi bencana sangat penting bagi para pekerja,” ujarnya.

Langkah berikutnya setelah sosialisasi adalah mengenali tempat kerja dan mengetahui titik-titik yang berpotensi melukai ketika terjadi bencana. Pemilik usaha juga harus mempersiapkan titik-titik evakuasi, perlengkapan kesiapsiagaan gempa, serta latihan evakuasi yang memadai bagi para karyawan.

Pada saat terjadi gempa, kata Daryono, diharapkan para pekerja tidak panik. Menurutnya, korban jiwa biasanya terjadi karena kecerobohan saat panik, misalnya seseorang bisa terjatuh, terinjak, ataupun kesulitan mencari titik evakuasi. Selain itu, diusahakan juga untuk langsung mencari tempat yang dapat melindungi badan, terutama bagian kepala dan tengkuk. Selanjutnya, jangan menggunakan tangga dan lift, karena sangat rentan untuk rubuh.

Ia menambahkan, pada dasarnya gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat pergeseran lempeng tektonik (kulit bumi) yang bergerak di dasar bumi. “Menurut Teori Benua Mengapung (continental drift), semua daratan di dunia ini terus bergeser setiap harinya. Ada yang bergerak saling mendekati, ada yang saling menjauhi. Contohnya, saat ini benua Australia terus bergerak ke atas mendekati Indonesia setiap sembilan cm per tahun,” ujarnya.

Gempa bumi menyebabkan banyak dampak yang merugikan bagi manusia, diantaranya adalah tsunami, tanah longsor, kebakaran, dan tanah amblas. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan akibat gempa adalah besaran magnitudo gempa, jarak dari pusat gempa, kondisi geologi setempat, kondisi cuaca saat gempa, dan kondisi bangunan.

Untuk mencegah dampak kerusakan yang lebih besar dari bencana gempa, sebenarnya terdapat beberapa upaya kebijakan publik yang dapat dilakukan. “Solusi utama mitigasi gempa sebenarnya adalah pendirian bangunan-bangunan tahan gempa,” ujarnya. Di Jepang, aturan untuk mewajibkan warganya membangun bangunan tahan gempa, telah mencegah korban jiwa yang besar pada setiap kejadian gempa.

Penyelenggaraan acara ini dilakukan melalui Unit Pelaksana Teknis Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (UPT K3L) bekerja sama dengan Direktorat Sumber Daya Manusia Universitas Indonesia (UI). UPT K3L adalah sebuah unit yang bertugas mengelola kondisi darurat dan krisis yang mungkin terjadi di Kampus UI, sekaligus menyusun prosedur K3L meliputi pencegahan, mitigasi risiko, pengelolaan insiden, pencegahan cedera, dan penyakit akibat kerja di lingkungan UI. Setiap tahun, UPT K3L secara rutin melaksanakan upaya sosialisasi mitigasi dan latihan evakuasi kebencanaan bagi para sivitas akademika UI, seperti yang dilakukan kemarin melalui zoom dengan 143 peserta.

Related Posts