id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI Kukuhkan Dua Guru Besar Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia > Berita > UI Kukuhkan Dua Guru Besar Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia menyelenggarakan acara pengukuhan dua guru besar Fakultas Kedokteran UI di Aula IMERI, UI Salemba pada Sabtu (29/2). Guru besar tersebut yakni Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyono, Sp.M(K) yang merupakan staf pengajar Departemen Mata FK UI dan Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K). MPH.

Dalam acara pengukuhan ini, keduanya diperkenankan untuk menyampaikan orasi ilmiah. Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp.OG(K). MPH. memaparkan materi berjudul ‘Penerapan Obstetri Ginekologi Sosial pada Strategi Berbasis Bukti Upaya Peningkatan Kesehatan Perempuan dan SDM Berkualitas di Era Revolusi Industri 4.0’.

Sementara Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyono, Sp.M(K) membawakan pidato bertajuk “Mengatasi Tantangan Masa Depan Layanan Glaukoma di Indonesia: Optimalisasi Intervensi Bedah Glaukoma”.

Menurut Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyono, Sp.M(K), permasalahan glaukoma di Indonesia belum menjadi fokus utama pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan sulitnya mendapatkan pengobatan bagi pasien stadium lanjut yang telah mengalami gangguan penglihatan.

 

Padahal menurut survei yang didapat oleh Assesment of Avoidable Blindness (RAAB) pada periode 2014-2016, angka rata-rata kebutaan di Indonesia sebesar 3% dan didominasi oleh penduduk berusia lanjut (diatas 50 tahun).

 

“Glaukoma sebagai salah satu dari lima penyebab kebutaan yang bersifat kronik sudah sepatutnya jadi perhatian pemerintah. Berbeda dengan penderita katarak yang dapat direhabilitasi melalui operasi untuk mengembalikan fungsi penglihatan, pasien glaukoma mengalami kerusakan pada saraf optik yang menyebabkan gangguan pada lapang pandang yang khas dan sifatnya permanen atau tidak dapat diperbaiki (irreversible),” tuturnya.

Hingga saat ini belum ada pengobatan yang mampu menyembuhkan glaukoma secara total. “Pasien harus menjalani pemeriksaan secara menyeluruh untuk menentukan terapi yang tepat. Pasien harus menjalani pemeriksaan dan kontrol seumur hidup untuk mengontrol progresivitas mata. Untuk tatalaksana pengobatan, nantinya akan disesuaikan dengan kondisi glaukoma. Pengobatan yang diberikan pada umumnya meliputi obat-obatan, terapi laser, dan operasi,” tambahnya.

Prof. Dr. dr. Widya Artini Wiyono, Sp.M(K) menambahkan, kunci untuk mengatasi tantangan penatalaksanaan glaukoma adalah mengembangkan sumber daya yang sudah ada; meliputi peningkatan keterampilan dokter mata dalam melakukan pembedahan, melakukan skrining dan diagnosis glaukoma sejak stadium awal. Selain itu, diperlukan integrasi revolusi industri 4.0 melalui pemanfaatan teknologi, modernisasi sistem akses, dan pengelolaan data digital (cyber physical systems) ke dalam solusinya.

 

 

 

 

 

 

Related Posts

Leave a Reply