id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Vaksinolog: Orang Dewasa Ternyata Juga Butuh Vaksinasi

Universitas Indonesia > Berita > Vaksinolog: Orang Dewasa Ternyata Juga Butuh Vaksinasi

 

Selama ini, masyarakat telah mengenal vaksinasi untuk anak-anak, tetapi tidak banyak yang mengetahui bahwa orang dewasa sebenarnya juga membutuhkan vaksinasi. Sebagian orang dewasa saat ini belum pernah diimunisasi sewaktu kecil, dan jikapun sudah diimunisasi durasi proteksinya dapat mungkin sudah habis. Gaya hidup saat ini, seperti pemakaian tato dan tindik menjadikan orang rentan terhadap penyakit hepatitis B. Kemudian, memakan makanan dipinggir jalan yang tidak bersih membuat orang rentan terhadap hepatitis A dan demam tifoid. Sebelum bepergian ke beberapa negara tertentu misalnya, orang dewasa juga perlu diberikan vaksin meningitis dan vaksin influenza.

Hal tersebut disampaikan dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc (VPCD), vaksinolog lulusan University of Siena, Italia. Di negara maju, kata dia, imunisasi bagi orang dewasa sudah ditanggung sejumlah asuransi. Sementara itu, di Indonesia masih diperlukan pembicaraan dengan pihak asuransi agar vaksinasi juga dapat ditanggung., engah menyosialisasikan imunisasi dewasa kepada masyarakat. Dokter yang juga lulusan Fakultas Kedokteran UI tersebut mencontohkan, vaksin influenza misalnya harus diberikan setidaknya satu kali dalam satu tahun, sehingga saat ada kemungkinan terpapar virus penyakit, tubuh sudah mempunyai antibodi. “Saya berharap semakin banyak masyarakat yang mengetahui informasi tentang imunisasi dewasa,” ucap Dirga.
Ketertarikannya pada vaksinologi, mengantarkan Dirga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah strata duanya di University of Siena, Italia. Dari ratusan pelamar dari seluruh dunia ia menjadi satu dari 13 orang yang terpilih. Saat ini, Dirga telah kembali ke Indonesia dan ia siap mengaplikasikan ilmunya bagi masyarakat Indonesia. Ilmu yang didalami Dirga termasuk ilmu baru di dunia kedokteran. Di dunia, jumlah vaksinolog pun belum banyak. Sebelum Dirga dinyatakan lulus sebagai vaksinolog termuda di dunia, Indonesia belum mempunyai vaksinolog. Selain masih belum banyak infomasi tentang jurusan vaksinologi, diakuinya bahwa vaksinologi bukan suatu ilmu yang mudah dipelajari sehingga belum banyak dokter melirik untuk mendalami ilmu ini. Di dunia sendiri saat ini tidak lebih dari 10 universitas yang memiliki jurusan vaksinologi.

Vaksinasi sebenarnya merupakan kompetensi dokter umum, namun saat ini tidak semua dokter umum dalam praktik menyediakan vaksin. Untuk vaksin kanker serviks misalnya, masyarakat yang ingin divaksinasi, dapat mendatangi dokter umum, dokter spesialis kandungan/kebidanan atau dokter spesialis penyakit dalam. Di Indonesia, sosialisasi imunisasi dewasa sebenarnya telah dilakukan oleh Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI telah beberapa kali mengadakan pelatihan bagi dokter-dokter di daerah, sehingga nantinya dokter-dokter dapat menyediakan layanan vaksinasi di tempat praktiknya.

Harga vaksin, lanjut Dirga, sangat beragam tergantung jenis vaksinnya. Seperti halnya, vaksin influenza yang berharga 100 – 200 ribu rupiah. Sementara itu, pada vaksin pencegah hepatitis B, harganya mencapai 80 sampai 125 ribu yang harus disuntik selama 3 kali dalam waktu 6 bulan. Vaksin hepatitis B mampu memproteksi tubuh seumur hidup. Kemudian, berbeda lagi dengan vaksin untuk pencegahan kanker serviks yang berharga 700 sampai 900 ribu untuk satu kali suntik. Vaksin yang juga harus disuntikkan sebanyak 3 kali tersebut, juga mempunyai durasi proteksi seumur hidup. Dikatakan Dirga, vaksinasi merupakan pencegahan yang bersifat investasi. “Bayangkan kalau menderita itu (kanker serviks), bisa menghabiskan uang ratusan juta,” kata Dirga.

Dirga menyangkal pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa vaksinasi merupakan tindakan dapat memasukkan kuman penyakit ke dalam tubuh. Vaksin, kata Dirga, adalah sesuatu yang menyerupai kuman yang direkayasa secara bioteknologi sehingga nantinya tubuh dapat mengenalinya seperti saat tubuh mengenali kuman. Dengan begitu, tubuh dapat meresponnya dengan antibodi yang kuat. Selain vaksin untuk pencegahan, sekarang tengah berkembang vaksin terapeutik untuk kanker prostat dan kanker paru. Proses pembuatan vaksin membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Proses pembuatan vaksin memakan waktu 8 hingga 15 tahun. Di Indonesia, vaksin untuk anak-anak mayoritas diproduksi oleh PT. Biofarma, sementara vaksin-vaksin dewasa masih harus diimpor dari luar negeri. Beberapa vaksin tidak boleh diberikan pada orang yang mempunyai masalah pada kekebalan tubuhnya, seperti orang yang menginap HIV/AIDS. “Vaksin apa saja boleh diberikan jika orang mengalami batuk dan pilek,” tandasnya.

Dirga saat ini aktif menulis, mengelola website tentang imunisasi, dan berbagi ilmunya melalui akun twitternya @dirgarambe. Putra pasangan Husni Rizal Rambe dan Farida Isfandiari yang sudah bercita-cita menjadi dokter sejak kecil tersebut, saat ini tengah menyelesaikan pendidikan spesialisasinya pada bidang penyakit dalam di Fakultas Kedokteran UI. (KHN)

Related Posts

Leave a Reply