id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Workshop on Fire Safety Engineering

Universitas Indonesia > Berita > Workshop on Fire Safety Engineering

Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia mengadakan workshop tentang sistem proteksi kebakaran bangunan fasilitas umum pada hari Senin- Rabu (26-28/08) di Aula Terapung Area Perpustakaan Pusat UI Depok. Pada kegiatan tiga hari ini, hadir empat narasumber yang berasal dari dalam dan luar negeri. Prof. Jose L. Torero dari University of Queensland Australia, Dr. Allan Jowsey dari perusahaan AzkoNobel , Dr. Joe Paveley dari Arup Singapore dan Prof. Yulianto S. Nugroho dari Universitas Indonesia. Turut hadir dalam acara ini para building regulator, Departemen Pekerjaan Umum, PT. Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta, serta akademisi teknik mesin dari universitas lain.

Menurut Prof. Yulianto S. Nugroho alasan utama dari diadakannya workshop ini adalah kecenderungan trend pembangunan di Indonesia pada umumnya, dan Jakarta pada khususnya. “Di dalam rancangan kota Jakarta saja menurut data yang kami dapatkan, dalam setahun akan ada 500- 700 tower baru, entah dalam bentuk rusunawa, rusunami, ataupun bangunan perkantoran. Nah.. kecenderungan pembangunan ini menurut kami belum banyak melihat aspek keamanan bangunan terutama pada saat kebakaran, karena memang kajian tentang hal ini masih kurang, itulah alasan utama kami mengadakan acara ini,” tuturnya. Ia berharap dengan adanya acara ini kajian tentang isu sistem proteksi kebakaran akan semakin marak dilakukan di Indonesia.

Dalam sesi hari pertama, Prof. Jose Torero dan Prof. Nugroho banyak memperkenalkan tentang apa itu sistem proteksi kebakaran bangunan, masalah apa saja yang dihadapi sistem ini sampai saat ini. Di sesi-sesi terakhir setiap harinya, akan ada sesi tersendiri yang menjelaskan kondisi Indonesia terkait masalah sistem proteksi kebakaran pada bangunan. Di akhir setiap topik diskusi akan ada sesi tanya jawab yang berlangsung selama 15 menit.

Dalam penjelasannya Prof. Torero menjelaskan bahwa sistem proteksi kebakaran pada bangunan terdiri dari dua sistem, yaitu aktif dan pasif. Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan selang kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia, seperti APAR (Alat Pemadam Api Ringan) dan pemadam khusus. Sedangkan sistem proteksi kebakaran pasif merupakan sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan. Sedangkan kompartemensasi merupakan usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang tahan terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan gedung. Selain itu di sesi hari pertama, Prof. Torero dan Nugroho juga banyak menjelaskan tentang kepentingan yang berbeturan antara para arsitek yang mengutamakan keindahan bentuk dengan sistem proteksi kebakaran yang mengutamakan keamanan dan fungsi.

Dalam sesi hari kedua, Prof. Torero dan Jowsey menjelaskan bagaimana penanganan penyebaran asap adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan bila ingin membangun suatu sistem proteksi kebakaran pada suatu bangunan. Suatu sistem proteksi kebakaran yang baik akan membangun jalur exit dengan posisi serta ventilasi yang mudah dijangkau oleh para penghuni bangunan, namun asap tidak akan menjangkau jalur exit tersebut dengan mudah. Selain itu, dalam sesi terkahir pada hari kedua, Prof. Nugroho juga menjelaskan tentang standar aplikasi proteksi kebakaran di Indonesia, sehingga para peserta dapat membandingkan apa yang sudah dijelaskan oleh Prof. Torero dan Jowsey dengan penerapannya di Indonesia.
Pada hari terakhir, sesi-sesi diskusi diarahkan untuk mencari solusi sesuai dengan kondisi sistem proteksi kebakaran di gedung-gedung tinggi di Indonesia, bahkan ada sesi tersendiri yang menjelaskan tentang standar proteksi kebakaran pada sistem Metro Tunnel. Sesi terakhir diisi dengan general discussion oleh semua narasumber dan penutupan acara oleh panitia.
Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan langkah awal untuk memahami tentang sistem proteksi kebakaran pada bangunan, sehingga para akademisi dan pihak stakeholder yang hadir dalam acara ini pengetahuannya akan bertambah tentang isu ini. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan dapat menjalin sinergi kerjasama untuk memecahkan persoalan-persoalan standar sistem proteksi kebakaran di layanan-layanan publik di Indonesia. (WND)

Related Posts

Leave a Reply