Fakultas Farmasi UI menggelar kegiatan Dies Natalis ke-5 pada Selasa (29/11/2016) di Auditorium Gedung D Rumpun Ilmu Kesehatan UI Depok.
Dalam sambutannya, Dekan Farmasi UI Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. memaparkan pencapaian-pencapaian Fakultas Farmasi sejak terbentuk pada 29 November 2011.
Salah satu pencapaian membanggakan adalah keberhasilan program studi doktor mendapatkan akreditasi B, dan program studi sarjana tetap mendapatkan akreditasi A dari Dikti.
Selain itu, di tahun ini Fakultas Farmasi berhasil melakukan hilirisasi produk riset menjadi produk komersial perawatan dan kecantikan kulit dengan merk Belimbing Island yang bekerja sama dengan Pemerintah Depok.
Dalam kegiatan dies natalis ini, Prof. Dr. Effionora Anwar, MS., Apt. salah satu tokoh profesor di bidang farmasi membawakan orasi ilmiahnya yang berjudul “Peran Perguruan Tinggi dalam Mendukung Riset Bahan Baku Penolong (Eksipien) untuk Membantu Industri Farmasi”.
Dalam paparannya, ia mengatakan bahwa industri eksipien kita sangat tergantung pada bahan impor, padahal kekayaan alam kita begitu luar biasa dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan eksipien.
“Contohnya, singkong dan ganggang coklat yang begitu banyak di Indonesia. Dari 1 singkong saja, begitu banyak jenis eksipien yang dapat dibuat. Tapi nyatanya? Sampai sekarang, kita masih mengimpor,” ujarnya.
Padahal, menurutnya, sudah banyak riset-riset dan penelitian yang dilakukan universitas-universitas di Indonesia terkait bahan dasar obat yang sebenarnya mempunyai potensi untuk dipakai di industri.
Namun, perhatian pemerintah masih kurang dalam hal ini, terutama pada penyediaan sarana dan prasarana bagi peneliti-peneliti.
Terutama pada fasilitas laboratorium dari skala pilot sampai laboratorium berskala industri.
Kendala lainnya terletak pada regulasi dan birokrasi yang rumit dan mahal dalam membangun pabrik industri obat di dalam negeri.
“Kemarin ada investor yang datang ke saya ingin membangun pabrik. Baru sampai perizinan lokasi, biayanya sudah bermiliar-miliar. Ya.. investornya juga mikir, ini bakalan untung gak? Balik modal gak?,” tambahnya.
Menurutnya semua ini akan berdampak pada mahalnya biaya obat yang dijual di masyarakat, yang pada akhirnya menyebabkan daya beli masyarakat menurun disertai dengan tingkat kesehatan yang juga menurun.
Pada akhirnya, semua ini akan berdampak pada melemahnya ketahanan nasional bangsa. Untuk mencegah hal ini, pemerintah harus mulai memperhatikan kepentingan riset farmasi di Indonesia.
Kedua, harus berani membangun pabrik obat sendiri yang memang mungkin akan mahal di awal, namun jangka panjangnya akan sangat baik bagi industri farmasi nasional.
Penulis : Wanda Ayu