Dalam kolom analisis ekonomi yang diterbitkan Koran Kompas hari ini, Selasa (31/12/2019), Prof. Ari Kuncoro, Rektor UI memaparkan kondisi perekonomian Indonesia secara umum menyambut tahun baru 2020.
Menurutnya, terdapat 2 hal utama yang mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia menyambut tahun 2020, yaitu: faktor perilaku ekonomi dan kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah.
Untuk melihat faktor perilaku ekonomi masyarakat, kita harus melihat indikator awal ekonomi, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Manajer Pengadaan (Puchasing Manager Index) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Mengapa harus melihat kedua indeks tersebut? Karena kedua indeks tersebut punya pola konsisten yang berulang tiap tahun, sehingga dapat dijadikan indikator pengukuran ekonomi yang cukup mumpuni.
Dari sisi Indeks konsumsi, data menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi mengalami perlambatan dari 5.05 % menjadi 5.02% secara tahunan . Perlambatan ini mencapai titik terendahnya pada bulan Oktober 2019.
Namun, tingkat konsumsi mengalami perbaikan pada bulan November 2019 ke angka 124,2 dengan perbaikan di semua komponen. Pola perbaikan konsumsi ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pemberitaan positif dari media terkait perdagangan serta pergeseran hari raya ke awal tahun kalender.
Sedangkan dari sisi kebijakan ekonomi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyambut tahun 2020. Pertama adanya undang-undang sapu jagat (omnimbus law) yang sedari awal digadang-gadang dibuat untuk melakukan penyederhanaan regulasi demi efisiensi birokrasi ekonomi.

Pemerintah rencananya juga akan membatasi peran anak dan cucu perusahaan BUMN dalam perekonomian. Ini berarti keterlibatan pihak swasta dalam perekonomian nasional akan menjadi lebih besar, yang pada akhirnya akan menciptakan rantai pabrik baru.
Dengan kedua faktor tersebut, yaitu faktor perilaku ekonomi dan kebijakan-kebijakan baru pemerintah, bukan tidak mungkin angka pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3% atau mungkin lebih dapat tercapai di tahun 2020.