id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Inovasi NeuroBuddy Pendeteksi ADHD Jadi Juara Hackathon AI for Accessibility

Depok, 3 Juli 2025. Kompetisi Hackathon AI for Accessibility (AI4A) 2025 merupakan ajang tahunan yang mengajak para inovator muda di Asia Tenggara untuk menciptakan solusi berbasis kecerdasan buatan (AI) dari Microsoft guna memecahkan tantangan penyandang disabilitas dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan, komunikasi, hingga ketenagakerjaan. Tahun ini, Microsoft menggandeng Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI) sebagai mitra penyelenggara kompetisi.

Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir, berharap inovasi yang lahir dari kepedulian terhadap aksesibilitas dapat membawa manfaat luas bagi semua. “Karena setiap individu itu unik, teknologi pun harus mampu beradaptasi secara inklusif untuk memenuhi beragam kebutuhan. Kompetisi Hackathon AI for Accessibility (AI4A) 2025 menjadi ruang untuk mewujudkan misi itu, dengan dukungan layanan Microsoft yang berkomitmen pada inklusivitas,” ujar Dharma.

Semangat perluasan manfaat teknologi bagi para disabilitas ini sejalan dengan komitmen UI dalam membangun lingkungan pendidikan yang inklusif. UI secara konsisten menghadirkan berbagai inisiatif, mulai dari pendirian Unit Layanan Mahasiswa Disabilitas di sejumlah fakultas—seperti Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Psikologi—hingga penyediaan layanan pendampingan belajar dan proses seleksi masuk yang inklusif.

Menurut Dekan Fakultas Teknik UI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, S.T., M.Sc., Ph.D, UI memiliki banyak inovator muda berbakat yang siap menciptakan solusi teknologi demi mendukung inklusivitas. Ia mengatakan, “Kami meyakini bahwa inovasi-inovasi yang lahir dari ajang seperti Hackathon AI for Accessibility bersama Microsoft ini dapat memicu perubahan menuju dunia yang lebih ramah dan setara bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.”

NeuroBuddy Mampu Deteksi Dini Disleksia hingga ADHD pada Anak

NeuroBuddy, inovasi karya tim mahasiswa UI “The Leporidaes”, mampu mendeteksi potensi neurodivergensi pada anak, seperti disleksia, Autism Spectrum Disorder (ASD), dan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Alat yang dibuat dalam bentuk permainan berbasis Artificial Intelligence (AI) ini bertujuan untuk melihat interaksi anak saat bermain, sebagai bahan evaluasi dalam deteksi dini potensi disabilitas.

Ketua Tim The Leporidaes, Phoebe Ivana, menyebut NeuroBuddy dapat mendorong inklusivitas dan menjembatani kesenjangan antara teknologi, disabilitas, dan stigma. Dalam operasinya, inovasi ini mengintegrasikan beragam layanan dari Azure Cognitive Service yang disediakan Microsoft Azure.

“Deteksi neurodivergensi tidak hanya dengan mengamati satu atau dua gejala, tetapi memerlukan penilaian yang komprehensif pada berbagai aspek perkembangan anak, termasuk riwayat perkembangan, observasi perilaku, dan tes standar. Deteksi dini sangat penting karena intervensi dan terapi yang dimulai lebih awal dapat membantu anak mengembangkan strategi yang efektif untuk mengelola gejalanya dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan,” kata Phoebe.

Tim The Leporidaes terdiri atas mahasiswa Fakultas Teknik dan Fakultas Ilmu Komputer. Mereka adalah Phoebe Ivana (FTUI 2022), Faiz Assabil Firdaus (Fasilkom UI 2023), Micheline Wijaya Limbergh (Fasilkom UI 2023), Karolina Jocelyn (Fasilkom UI 2023), dan Safia Amita Khoirunnisa(FTUI 2022).

Berkat inovasi ini, The Leporidaes menjadi pemenang utama dalam kompetisi Hackathon AI for Accessibility (AI4A) 2025 yang diikuti oleh 46 tim inovator muda di Asia Tenggara. Mereka berhak memperoleh dukungan eksklusif, seperti pelatihan intensif bersama pakar Microsoft, langganan LinkedIn Premium, akses Azure for Students, hingga pendampingan lanjutan untuk mengembangkan inovasi mereka di Microsoft Azure.

Selain tim The Leporidaes, inovasi mahasiswa UI lainnya juga mendapatkan penghargaan. Tim UINNOVATORS memperoleh Juara 2 berkat inovasi Pintaru. Mereka merancang buku digital adaptif yang dapat menyesuaikan ukuran huruf, spasi, dan elemen visual lainnya sesuai kebutuhan pelajar yang mengalami disleksia. Inovasi ini didukung oleh Azure OpenAI, Azure Search, dan Azure Speech untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih inklusif.

Related Posts