Laksamana Muda TNI, Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc, D.E.S.D, pada Senin (13/5/2019) memberikan kuliah umum dengan tema “Militer dan Globalisasi” di Ruang Auditorium Juwono Sudarsono Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP UI), Depok. Kuliah umum digelar oleh Departemen Sosiologi FISIP UI.
Sebagai kepala sekolah Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), beliau sangat konsen akan isu pendidikan militer. Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa kedepannya, perekrutan anggota militer tidak lagi akan berkonsentrasi pada jumlah, namun kepada kualitas.
“Ini penting dalam menghadapi era revolusi industri 4.0., yang mementingkan penguasaan teknologi. Jumlah yang sedikit tidak mengapa, namun mumpuni, karena kedepannya akan banyak tugas prajurit yang akan tergantikan oleh mesin atau robot,” ujarnya.
Era revolusi 4.0 dalam dunia militer ditandai dengan kendaraan tak berawak (unmanned system), Artificial Intelligence (A.I), robotik, dan Big Data. Semua ini mempunyai beberapa dampak sosiologi dalam dunia kemiliteran, yaitu sosiologi manusia-mesin dan munculnya peranan wanita yang lebih besar dalam ranah militer.
“Penggunaan mesin-mesin digital membutuhkan kemampuan psikomotorik yang lebih teliti dan detail dalam menjalankannya, dan wanita ternyata menurut beberapa penelitian lebih baik dalam hal ini dibanding pria,” jelasnya. Selain itu kemampuan menjalankan komputer, matematika, arsitektur, dan teknik juga semakin diperlukan oleh para prajurit.
Dampak lain adalah adanya perubahan interaksi dalam dunia militer, yang dulunya sangat berpusat pada interaksi dari sentuhan kulit (face to face) menuju kepada sentuhan layar (screen to screen). Relasi yang terbangun menjadi sebuah relasi virtual yang dijalankan secara otomatis dan robotik. Interaksi bisa terjadi tanpa adanya kontak sosial dan komunikasi.
Dalam kesempatan ini, ia juga membahas revolusi industri menghasilkan apa yang disebut dengan era perang kelima yang ditandai dengan esktremisme agama dan penyebaran informasi tidak benar (hoax) yang merajalela.
“Dalam perang generasi kelima ini, peranan aktor atau organisasi-organisasi non-negara dimanfaatkan oleh sebagian kelompok untuk membuat ketakutan dan teror. Melalui organisasi-organisasi inilah maka sentimen agama dimunculkan dan dieskalasi ke dalam level yang berbeda,” jelasnya.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, maka Seskoal banyak melakukan pengembangan kurikulum yang dilakukan pada janga pendek, menengah, dan panjang. Pada program jangka pendek, dilaksanakan dengan mengintegrasikan modul digital literacy ke dalam kurikulum Angkatan Laut dan ilmu kemaritiman.
Program jangka menengah akan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan melalui metode pelatihan di atas kapal (on the job training dan in service training). Sedangkan pada program jangka panjang, dilaksanakan dengan meninjau program-program lintas disiplin untuk meningkatkan akreditasi nasional dan internasional.