id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Rencana Pengembangan Industri EV di Indonesia

Penulis: Almas Satria

Toto Nugroho selaku direktur utama PT Industri Baterai Indonesia (IBI) menjadi pembicara dalam webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia (UI) dengan tema bahasan “Prospek dan Tantangan Industri Baterai Nasional” pada Kamis, 24 Juni 2021.

Toto menyampaikan tentang rencana kerja PT Industri Baterai Indonesia dalam pengembangan ekosistem electric vehicle (EV) baterai Indonesia. Dalam pemaparannya, Toto menyampaikan bahwa EV merupakan sesuatu keniscayaan dan memiliki potensi yang luar biasa.

Toto menuturkan “Demand baterai di Indonesia bahkan dunia pertumbuhannya sangat cepat,” tuturnya.”  Diperkirakan hingga tahun 2035 kebutuhan baterai akan mencapai 29 GWh berdasarkan pertumbuhan dari energy storage system (ESS) dan EV.

Di Asia Tenggara, Indonesia diprediksi akan menjadi top supplier EV karena Indonesia memiliki keunggulan di supply chain-nya. Tetapi, untuk mencapai hal ini masih banyak hal yang perlu dilakukan.

Industri EV battery & EV bahkan sudah dijadikan program prioritas nasional melalui Peraturan Presiden 55/2019 yang bertujuan untuk menstimulus pasar EV. Target dari Kementerian Perindustrian RI pada 2030 sekitar 30% kendaraan berbahan bakar minyak sudah terkonversi menjadi EV.

“Jika kita (Indonesia) bisa mencapai produksi 600 ribu kendaraan per tahun (setara 30% keseluruhan kendaraan saat ini) kita akan menghemat jumlah impor BBM secara signifikan, karena selama ini kita masih mengimpor jenis gasoline sekitar 400 ribu barrel, dan kalo kita  bisa mengubah ini menjadi EV, tentunya EV yang diproduksi di Indonesia, nilai saving dari nilai impor itu bisa mencapai 1-2 milyar USD per tahun” tambah Toto.

Untuk mengembangkan Industri ini total estimasi biaya investasinya mencapai 15.3 milyar USD. Bagian yang memakan biaya paling besar berada di bagian pembuatan cathode dan cell karena memerlukan tingkat ketelitian yang sangat-sangat presisi.

Langkah yang akan dilakukan oleh PT IBI untuk pengembangan EV di Indonesia adalah end to end yang terdiri dari empat BUMN yaitu, PLN, Petramina, Mind ID, dan Antam akan berpartisipasi di masing-masing value chain melalui PT IBI. Antam dan Mind ID nantinya akan men-develop HPAL sehingga menjadi nickel dan cobalt sulphate. Dilanjut oleh Mind ID dan Pertamina dalam membuat katode baterai. Untuk PLN dan Pertamina akan berfokus pada sel baterai EV dan energy storage system (ESS). PLN juga akan berperan dalam menyuplai energi di battery charging station nantinya. Dan diakhiri dengan proses daur ulang yang akan dilakukan oleh PLN dan Pertamina. PT IBI juga bekerja sama dengan LG dan HCL sebagai consortium partner mereka.

Pembangunan end to end tersebut membuthukan waktu yang lama yaitu sekitar 3-4 tahun. Untuk mengatasinya PT IBI jua menyiapkan rencana bisnis jangka pendek di antaranya adalah mengefisienkan suplai dari ESS ke PLN, swap battery pack untuk EV roda dua, maupun juga daur ulang sel baterai

Untuk bisa mengembangkan industri EV butuh sekitar 6-7 tahun hingga kendaraan di ibu kota baru menjadi EV 100%. Pada 2020 PT Industri Baterai Indonesia telah menyeleksi calon mitra untuk pengembangan EV dilanjutkan dengan pelaksanaan join study bersama calon mitra pada 2021. Selanjutnya direncanakan pada 2022 dimulai pembangunan pabrik produksi yang bisa mulai dioperasikan pada 2024 mendatang, sehingga 2026 jika ibu kota baru terbentuk sudah mengadopsi 100% EV.

Related Posts