Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, hadir ke auditorium Gedung M Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) Depok, Senin (27/11/2017) sebagai narasumber seminar “Meet The Leader”.
Dengan tema “Entrepreneurial Leadership: Everyone Can be A Leader”, seminar ini menghadirkan Sandiaga yang dikenal sebagai sosok pengusaha muda yang sukses untuk berbagi pengalamannya dalam membangun dan membina bisnisnya.
Dalam seminar tersebut, ia berbagi tips dalam membangun bisnis sekaligus memperkenalkan program-program pemerintah provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang mendukung atmosfer kewirausahaan.
Menurutnya, anak muda, penduduk rusun, dan Penjual Kaki Lima (PKL) menjadi objek perhatian terbesar program Pemprov DKI.
Program Oke Oce dan Jakarta Creative Hub adalah dua contoh program yang sangat diandalkan oleh Pemprov DKI dalam menciptakan wirausahawan-wirausahawan baru.
Selain memperkenalkan program Pemprov DKI, ia juga berbagi kiat-kiat dalam berbisnis. Ia menekankan pada aspek mindset dalam memimpin bisnis.
Menurutnya, seorang pemimpin bisnis harus bisa mengendalikan dirinya sendiri dulu sebelum bisa berbisnis dan berhubungan dengan orang lain.
“ Yang pertama, kita harus mengelilingi diri kita dengan orang-orang yang positif. Kedua berolahraga, lalu berpikiran terbuka, dan tidak mengambil keputusan berdasarkan emosi,” jelas pria berusia 48 tahun ini.
Satu hal terpenting lainnya yang ia sebutkan bahwa pemimpin bisnis yang kuat adalah pemimpin yang membentuk keteladanan.
“Tidak ada yang lebih kuat dari ini. Kekuatan pemimpin terbesar ada di keteladanan, karena berarti dia sudah bisa mengendalikan dirinya sendiri sebelum dia memimpin orang lain,” tambahnya.
Sedangkan untuk para mahasiswa yang hadir, ia berpesan untuk tidak menjadi egois dan mementingkan kepentingan sekelompok orang dibandingkan kepentingan bersama.
Menurutnya, hal ini sangat terasa ketika kita memimpin suatu organisasi atau bisnis yang besar.
Biasanya orang-orang di organisasi atau di bisnis tersebut mempunyai kecenderungan untuk mempunyai ego sektoral yang besar sehingga menghambat pengambilan keputusan.
Padahal menurutnya, kemajuan zaman saat ini menuntut orang-orang untuk tidak lagi mempertahankan budaya kerja sendiri-sendiri dan melihat suatu keputusan hanya dari satu sudut pandang.