Universitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Farmasi (FF) bersama Turkish Cooperation and Coordination Agency (TİKA) meresmikan kebun tanaman obat Suku Baduy, pada Selasa (25/2), sebagai bentuk implementasi perjanjian kerja sama yang ditandatangani Juli 2024 lalu. Kebun yang ditujukan untuk mendukung peningkatan sumber daya alam lokal ini dibangun di atas lahan wakaf Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI).
Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FFUI, Prof. Dr. apt. Fadlina Chany Saputri, M.Si., yang hadir mewakili Dekan FFUI, mengatakan bahwa program ini tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat Baduy, tetapi juga memberdayakan keterampilan dalam mengelola sumber daya alam sekitar. “Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat, terutama dalam mengembangkan ekonomi lokal melalui produk-produk alami yang bernilai tinggi,” ujarnya.
Menurut Ketua Program Pengmas FFUI, Prof. Dr. apt. Berna Elya, M.Si., inisiatif pendirian kebun tanaman obat muncul karena masyarakat Suku Baduy lebih memilih pengobatan alami dibandingkan pengobatan kimia. Pada pelaksanaannya, masyarakat Baduy dilibatkan dalam penanaman tanaman obat tradisional yang terdiri atas sereh, kunyit, temulawak, kumis kucing, daun sirih, kelor, dan katuk.
Ia mengatakan, “Inisiasi kebun tanaman obat ini mendukung masyarakat Baduy yang sejak lama bergantung pada pengobatan alami. Kami berharap program ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, menciptakan peluang ekonomi, dan memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat Baduy.”
Kebun tanaman obat dibangun di dua desa di Kecamatan Leuwidamar, yakni Desa Kanekes dan Desa Bojong Menteng. Di Desa Kanekes, area sekitar green house—yang berfungsi untuk menanam dan memproduksi bibit tanaman—ditanami hanjeli dan tujuh tanaman obat lainnya. Lahan yang berdampingan dengan rumah warga juga dimanfaatkan untuk menanam tanaman tersebut. Sementara di Desa Bojong Menteng, kebun khusus ditanami dengan tanaman hanjeli.
Pada budi daya tersebut, hanjeli yang merupakan makanan pokok suku Baduy menjadi tanaman yang paling banyak ditanam. Tanaman ini mengandung karbohidrat rendah glikemik yang baik untuk penderita diabetes. Ia berfungsi membantu melancarkan saluran kemih dan mengurangi pembengkakan. Saat ini, pengolahan hanjeli masih terbatas dengan metode tradisional. Untuk itu, Tim Pengabdi menyerahkan mesin penggilingan otomatis agar hanjeli dapat diolah menjadi makanan pokok serta produk dengan nilai jual tinggi.
Ke depannya, FFUI dan TİKA akan terus bersinergi mengembangkan kebun tanaman obat khas Baduy untuk meningkatkan kesehatan dan perekonomian masyarakat setempat. Vice President TİKA, Dr. Ümit Naci Yorulmaz, berharap kolaborasi FFUI dan TİKA dapat diperluas ke berbagai program dan kegiatan, sehingga inisiatif yang dilahirkan berdampak langsung bagi masyarakat Baduy.
Penulis: Tim Direktorat Humas, Media, Pemerintah, dan Internasional