id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Chatib Basri: Penanganan Kesehatan adalah Kunci Pemulihan Ekonomi Saat Ini

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Chatib Basri: Penanganan Kesehatan adalah Kunci Pemulihan Ekonomi Saat Ini

Dr. Chatib Basri (Menteri Keuangan RI 2013-2014) memaparkan materi berjudul “Pemulihan Ekonomi Nasional di Tengah Pandemi: Apa yang Seharusnya Dilakukan?” pada kegiatan seminar Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia (MWA UI).

Seminar yang mengangkat tema “Covid-19 dan Percepatan Pemulihan Ekonomi 2021: Harapan, Tantangan, & Strategi Kebijakan” ini digelar pada Rabu (27/1/2021) melalui akun Youtube resmi Universitas Indonesia.

Dalam pemaparannya, Chatib Basri mengatakan bahwa Indonesia, di masa pandemi, sudah melewati masa terburuk ekonomi pada triwulan kedua di tahun 2020. Dengan skenario positif, Indonesia nanti mungkin akan mengalami perbaikan Gross Domestic Produc (GDP) di masa triwulan keempat dengan bentuk grafik Swoosh Shape Recovery (seperti bentuk tanda centang V).

“Skenario positif ini hanya mungkin terjadi kalau kita memegang kuat satu asumsi, yaitu pandemi tidak merebak lagi. Oleh karena itu, berkali-kali saya katakan bahwa kunci pemulihan ekonomi kita adalah penanganan kesehatan,” ujarnya.

Menurutnya, untuk melakukan pemulihan ekonomi pasca pandemi, terlebih dahulu pemerintah harus mengenali jenis kelas ekonomi di masyarakat, dan bagaimana pengaruhnya bagi tingkat supply- demand di masyarakat. Bila tidak dikenali, maka yang akan terjadi adalah ketimpangan ekonomi yang terjadi setelah masa pandemi selesai.

“Kelas masyarakat yang paling terkena dampak pandemi adalah di kelas masyarakat lower middle income grup, yang kedua adalah para pelaku usaha kecil dan menengah, sedangkan kelas menengah dan menengah keatas yang berstatus employee hampir-hampir tidak terkena dampak pandemi, karena mempunyai status pendapatan yang tetap. Oleh karena itu, bansos memang harus menjadi salah satu prioritas utama pemerintah dalam program pemulihan pandemi,” ujarnya menjelaskan.

Dari data yang ada, selama pandemi penurunan angka tabungan juga terjadi di hampir semua kelas pendapatan ekonomi, kecuali yang berpenghasilan 5 juta keatas. Hal ini bisa terjadi karena konsumsi terbesar kelas menengah dan menengah kebawah ada di sektor konsumsi, sehingga tabungan mereka dihabiskan di sektor tersebut.

Kelas menengah keatas justru konsumsi terbesarnya ada di sektor hiburan dan pariwisata, yang tidak bisa dilakukan selama pandemi, sehingga jumlah tabungan kelas ini justru meningkat. Dengan dana tidak terpakai yang begitu besar, masyarakat menengah keatas pada akhirnya banyak melakukan penyimpanan di saham dan obligasi, sehingga nasabah retail di pasar modal meningkat.

Di sisi lain, ketika saat ini tingkat konsumsi masyarakat kelas menengah dan menengah kebawah sudah kembali normal, tingkat konsumsi masyarakat menengah keatas belum kembali normal, karena pembatasan pada bidang hiburan, pariwisata, dan housing masih terus dilakukan pemerintah dalam upaya pencegahan penularan Covid-19. Untuk mengembalikan tingkat konsumsi masyarakat menengah keatas inilah, maka pandemi tidak boleh merebak lagi. Penanganan kesehatan harus menjadi prioritas program pemulihan pandemi.

Ia juga menyarankan pemerintah dan Bank Indonesia harus mempersiapkan langkah-langkah exit dari pandemi dengan terarah, terutama dalam hal penarikan stimulus dari masyarakat. Bila dilakukan secara mendadak, maka dikhawatirkan kondisi masyarakat belum siap, namun bila tidak cepat dilakukan Indonesia bisa tertinggal dengan negara maju.

Negara maju dalam melakukan program exit-nya pasti akan melakukan program normalisasi kebijakan moneter yang berdampak pada ditariknya uang investasi yang telah ditanamkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini bisa mengguncang perekonomian dalam negeri. Hal ini bisa dicegah bila pemerintah dapat merancang program exit yang terarah dan bisa lebih cepat dibandingkan program-program normalisasi dari negara maju.

Related Posts