id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Komunikasi, Kunci Resiliensi di Masa Pandemi

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Komunikasi, Kunci Resiliensi di Masa Pandemi

Penulis: Satrio Alif

Jumat (6/11), Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) telah menyelenggarakan webinar dengan tema resiliensi di masa pandemi: Studi tentang resiliensi dan dampaknya terhadap kesehatan mental pada orang indonesia secara daring melalui peron zoom. Webinar dibuka dengan penyampaian presentasi tim riset tentang tantangan pembangunan berkelanjutan di Indonesia dalam menghadapi perubahan Iklim oleh  Ketua Laboratorium Cognition, Affect, and Well-Being Fakultas Psikologi UI, Dr. Bagus Takwin, M. Hum.

Hasil riset tersebut menyatakan bahwa resiliensi rata-rata Indonesia secara umum masih rendah dengan catatan rata-rata individu di Indonesia memiliki kelenturan yang cukup tinggi artinya adalah masih fleksibel dan dapat berdamai dengan kondisi yang dialami. Namun, di sisi lain kelentingan masyarakat Indonesia yang berarti kemampuan untuk bangkit kembalinya cukup rendah. Hal ini dapat terlihat dengan kebanyakan orang Indonesia yang terlihat baik-baik saja di depan, namun kenyataannya sebenarnya mereka mendapat tekanan.

Dengan menggunakan metode diskusi panel, webinar ini menghadirkan Kepala Lembaga Demografi UI, Turro S. Wongkaren, Ph.D. dan Dr. S.R. Pudjiati, M.Si., Psikolog selaku Dosen Fakultas Psikologi UI sekaligus peneliti resiliensi sebagai narasumber yang akan menanggapi pemaparan dari tim riset. Dalam kesempatan tanggapan tersebut, Pudjiati menyatakan bahwa resiliensi secara konsep merupakan sebuah kapasitas suatu sistem untuk bertahan atau pulih dari gangguan signifikan terhadap kondisi yang mengancam kelangsungan hidupnya.

Beliau melanjutkan pemaparannya dengan ciri-ciri resiliensi yang dimiliki oleh manusia yaitu memiliki kontrol, mengetahui cara-cara membentengi diri dari stress, memiliki empati, mampu melakukan komunikasi secara efektif dan memiliki kemampuan interpersonal lainnya, mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah, memiliki tujuan dan harapan yang realistik, mampu belajar dari kegagalan maupun kesuksesan, dan berperan dalam kegiatan sosial. Ciri-ciri tersebut merupakan kunci untuk  mengetahui sejauh mana kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh seseorang. Dalam penelitian yang tadi telah disampaikan, ciri-ciri resiliensi sudah terpenuhi secara umum dengan catatan kelentingan yang dicerminkan dari ciri mampu belajar dari kegagalan maupun kesuksesan masih belum optimal.

Untuk mengoptimalkan resiliensi, terdapat sumber motivasi eksternal dan internal yang perlu dikembangkan. Bentuk dari sumber motivasi internal tersebut berasal dari karakteristik pribadi tiap individu dan sumber motivasi eksternal berasal dari keterhubungan dengan orang lain. “Dengan mengenali karakteristik diri sendiri ditambah dukungan dari orang lain melalui hubungan interpersonal, maka seseorang akan merasa dirinya mampu yang dalam kata lain merasa dirinya resilien,” kata Pudji.

Dalam menghadapi permasalahan resiliensi individu pada masa pandemi, Pudji mengatakan bahwa komunikasi merupakan kunci resiliensi bagi individu di Indonesia. Hal ini didasarkan pada kebiasaan individu untuk bercerita dengan orang yang dipercaya apabila sedang memiliki masalah. “Kebiasaan bercerita ini menjadikan komunikasi menjadi unsur utama di dalam resiliensi seseorang. Hal ini bukan berarti menafikan peran agama di dalam resiliensi karen peran agama sudah dianggap menjadi satu dengan kehidupan masyarakat sehari-hari,” ujar Pudji.

Related Posts