Penemuan media anyar selalu menimbulkan keresahan dan perubahan di setiap generasi.Televisi misalnya, dulu dianggap biang kerok dari sejumlah kekerasan anak yang terjadi.
Memasuki era internet, kini keresahan tersebut timbul akibat pemakaian internet yang semakin merebak di kalangananak-anak.
Sekar Larasati, Ph. D, peneliti Fakultas Psikologi UI, dalam Seminar Literasi Media Daring bagi Anak-anak Usia 10-12 Tahun,mengungkapkan bahwa salah satu ancaman itu ialah perundungan di dunia maya, alias cyberbullying.
Perundungan ditandai dengan kesengajaan secara berulang kali oleh pihak yang kuat untuk mengganggu kesejahteraan yang lemah. Perundungan justru kian mudah dilakukan di dunia maya.
“Perundungan di dunia maya malah dapat dilakukan secara anonim, sehingga pelakunya tidak diketahui. Namun, jejak-jejak perundungan, seperti foto-foto, bisa jadi telanjur tersebar,” jelas Sekar.
“Sudah begitu, perundungan ini tak perlu upaya dan kekuatan fisik untuk menyerang korbannya.”
Anak-anak mustahil dipisahkan dengan internet. Sebab, lanjut Sekar, penetrasi internet pada anak dan remaja Indonesia mencapai 81%, dengan 90% di antaranya menggunakan gadget untuk mengakses internet.
Dr. Hendriyani, peneliti Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI membeberkan, ada pergeseran fenomena terkait peran orang tua terhadap anak.
“Saat era membaca, orang tua menjadi sumber pengetahuan anak karena anak belum bisa membaca. Era internet, justru kebalikannya,” paparnya.
Oleh karena itu, internet tidak dapat dipandang sebagai ancaman bagi anak-anak. Anak-anak mesti diarahkan untuk memanfaatkan konten internet yang positif.
Ada sejumlah strategi yang dapat dilakukan orang tua untuk memantau aktivitas anak dalam dunia maya. Restriksi efektif dilakukan pada anak-anak yang masih sangat belia.
Selain itu, seiring bertambahnya usia anak, orangtua dapat melakukan mediasi aktif melalui dialog dengan anak, biasanya diawali dengan peranco-viewing atau co-using oleh orang tua.
Seminar ini juga membahas tantangan-tantangan pentingnya literasi dalam menangkal persebaran berita palsu.
Hadir pula Prof. Dr. Njaju Jenny Malik, Ketua PKE-UI, sekaligus profesor bidang linguistik di Fakultas Ilmu Budaya UI.
Seminar ini merupakan puncak program Pengabdian Masyarakat PKE-UI dengan dukungan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI.
Penulis: Vitorio Mantalean